Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan sejumlah skema untuk meningkatkan serapan semen nasional. Kemenperin sendiri tidak berniat untuk menghentikan investasi baru ke industri semen lantaran pertumbuhan sektor manufaktur pada 2022-2024 yang ditargetkan akan melesat.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Muhammad Khayam mengatakan pelarangan masuknya investasi ke industri semen akan menciptakan preseden buruk bagi iklim investasi nasional. Menurutnya, penambahan investasi ke industri semen merupakan salah satu kebutuhan dalam memenuhi permintaan nasional yang diperkirakan akan melesat.
"Kapasitas bertambah apakah permintaanya meningkat. Pemerintah harus terlibat [aktif], jangan diserahkan ke mekanisme pasar saja," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (16/1/2020).
Khayam mengatakan pihaknya telah menyiapkan dua skema dalam meningkatkan serapan semen. Pertama, Kemenperin akan berkoordinasi dengan Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk menggunakan semen lokal dalam seluruh proyek pembangunan infrastruktur kementerian terkait.
Menurutnya, saat ini dua kementerian tersebut tidak terikat dengan sebuah aturan dalam penggunaan semen pada proyek infrastruktur. Pihaknya akan meminta agar Kementerian PUPR menggunakan semen lokal untuk proyek rumah susun, waduk, dan jalan tol, sedangkan Kemenhub untuk proyek pelabuhan dan bandar udara.
"Belum ada mandatori, tapi [nanti ajakannya] voluntary agak memaksa sedikit. Jadi, kami inign ada kesepahaman untuk mau menerapkan [semacam] TKDN [tingkat komponen dalam negeri] yang lebih [tinggi]," katanya.
Khayam memperkirakan utilitas pabrikan semen belum naik pada 2020-2021. Namun, lanjutnya, pabrikan semen akan mulai menembus posisi 70% dan pertumbuhan semen akan lebih dari 5% pada 2022-2024 lantaran proyeksi pertumbuhan sektor manufaktur yang tinggi.
Kedua, meningkatkan ekspor semen dengan mengimbau kontraktor lokal yang bertanggungjawab terhadap proyek di luar negeri untuk menggunakan semen domestik.