Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank berencana untuk meningkatkan porsi pembiayaan terhadap usaha kecil dan menengah (UKM) dari 15% menjadi 30% untuk 5 tahun ke depan.
Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesli mengatakan lembaga tersebut memiliki misi untuk meningkatkan kapasitas ekspor Indonesia yang didorong dari segmen korporasi dan UKM.
"Sekarang LPEI membiayai sekitar Rp100 triliun pembiayaan ekspor. Rp15 triliun untuk UKM dan Rp85 triliun untuk segmen komersial dan korporasi. Ke depan kami akan meningkatkan [porsi UKM] dua kali lipat menjadi 30% atau sekitar Rp30 triliun dalam kurun waktu 5 tahun," ujarnya, pada acara peresmian Desa Kakao Devisa di Jembrana, Bali, Jumat (6/12/2019).
Di samping pembiayaan, LPEI juga memberikan dukungan ekspansi ekspor nasional dalam bentuk asuransi dan penjaminan dengan nilai masing-masing hingga saat ini sebesar Rp10 triliun.
Shintya menambahkan bahwa jumlah aset LPEI sampai dengan akhir November berada pada kisaran Rp120 triliun untuk mendukung ekspor nasional.
Inisiatif lembaga indipenden ini untuk mendukung UKM sudah di mulai sejak 2012 dengan bentuk pendampingan mulai dari pengadaan alat, pelatihan sertfikasi, peningkatan kemampuan SDA dan lain lain.
Dukungan yang diberikan kepada UKM dilakukan dengan mendorong kapasitas ekspor pengusaha kecil dan menengah yang ada di desa-desa atau community base.
Pekan lalu, LPEI meresmikan program desa devisa dengan menjadikan komunitas petani kakao di kabupaten Jembrana, Bali, sebagai pilot project untuk kemudian menjadi model replika nasional untuk desa-desa devisa berikutnya.
Desa devisa merupakan desa, komunitas atau cluster tertentu yang berpotensi untuk melakukan aktivitas produksi secara berkelanjutan dan ikut ambil bagian dalam rantai pasokan ekspor global baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Sinthya, program Desa Devisa dapat menjadi salah satu solusi bagi pengembangan ekonomi dan komoditi unggulan suatu daerah.
Komunitas yang tergabung dan didampingi oleh Koperasi Kerta Semaya Samaniya di Desa Nusasari, Jembrana, Bali, ini didirikan sebagai sentra pengembangan bagi petani kakao sejak 2006.
Sejak 2015 hingga 2019, para petani kakao di Desa Jembrana sudah memproduksi sekitar 81,6 ton biji kakao fermentasi yang sebagian besar dikirimkan ke negara-negara di Eropa seperti Prancis, Belgia, Jepang, dan Australia.