Bisnis.com, JAKARTA Ketersediaan beras untuk awal 2020 bisa terjamin apabila produksi rata-rata pada kuartal IV/2019 bisa dipertahankan di atas 1 juta ton. Adapun perkiraan surplus produksi beras sebanyak 4,6 juta ton sepanjang Januari-September 2019.
Ketua Umum Asosiasi Bank dan Benih Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa meragukan kecukupan ketersediaan beras jika produksi rata-rata selama Oktober-Desember tak menyentuh angka 1 juta ton.
"Jika produksi rata-rata selama tiga bulan ini di atas 1 juta ton ya mungkin mencukupi. Kalau tidak, tentu tidak cukup," ujar Dwi saat dihubungi Bisnis, Selasa (13/8/2019).
Kesiapan untuk menghadapi defisit produksi ini, sambung Dwi, harusnya tak dihitung sampai penghujung tahun saja. Pasokan selama Januari dan Februari pun ia sebut perlu dicermati dengan mempertimbangkan pula cadangan beras pada awal tahun yang dimiliki Perum Bulog ketika perusahaan pelat merah tersebut pada saat yang sama juga menjalankan kewajiban distribusi bantuan pangan non-tunai (BNPT) melalui e-Warong.
"Kalau maksimal pasokan ke sana 200.000 ton tiap bulannya, artinya sampai Desember cadangan beras berkurang 800.000 ton. Misal serapan beras Bulog selama sisa bulan di 2019 rendah, cadangan akhir bisa menyentuh kisaran 1,3 juta ton," sambungnya.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi sebelumnya menyampaikan optimismenya terkait produksi beras sepanjang 2019. Meski terdapat potensi gagal panen akibat kekeringan yang sampai saat ini tercatat berdampak pada lahan seluas 31.000 ha, program penanaman padi varietas tahan cuaca kering telah digalakkan di lahan seluas sekitar 500.000 ha.
Baca Juga
"Mulai Agustus kami mendorong menanam padi gogo di lahan seluas 500.000 ha. Kami dorong penanamannya di lahan sawah yang baru panen dengan kondisi tanah agak becek. Potensinya luar biasa karena padi gogo tidak butuh banyak air," ujar Suwandi.