Bisnis.com, JAKARTA — Mubadala Investment Company berencana menggandeng PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. untuk membangun pabrik petrokimia senilai US$2,5 miliar, atau setara dengan Rp35 triliun sehingga Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor produk tersebut.
Rencana investasi Mubadala menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Senin (22/7/2019). Berikut laporannya.
Penandatanganan investasi dari BUMN Kerajaan Uni Emirat Arab (UEA) tersebut direncanakan akan berlangsung saat Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada pekan ini.
Duta Besar Indonesia untuk UEA Husin Bagis mengungkapkan, perusahaan Uni Emirat Arab seperti Mubadala memiliki modal besar untuk investasi di Indonesia. Bahkan, investor dari Jazirah Arab itu hanya akan menggelontorkan modal, tanpa membawa sumber daya manusia dan peralatan sehingga akan bermanfaat lebih besar bagi Indonesia.
“Perlu ada warna investasi yang beragam [negara asal investor] di Indonesia. Komitmen investasi [dari Uni Emirat Arab] ini serius karena memiliki pendanaan yang kuat,” katanya kepada Bisnis, Minggu (21/7).
Husin menjelaskan bahwa dana sebesar US$2,5 miliar tersebut merupakan bagian dari total rencana investasi Mubadala di sektor petrokimia Indonesia sebesar US$5 miliar—US$6 miliar dalam bebepa tahun ke depan.
Rencana investasi Mubadala dengan menggandeng emiten petrokimia berkode saham TPIA, imbuh Husin, akan diarahkan pada pembentukan anak usaha baru di bidang petrokimia. “Namun, persentase saham kedua perusahaan masih belum disepakati,” katanya.
Menurutnya, kerja sama Mubadala dan Chandra Asri akan meningkatkan kapasitas produksi petrokimia di dalam negeri. “Kerja sama ini bisa mengurangi impor petrokimia.”
Selama ini, sambungnya, Chandra Asri telah menjalin kerja sama dengan Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC)untuk mengimpor nafta, bahan baku produk petrokimia.
Saat dikonfirmasi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan membenarkan, kesepakatan investasi di sektor energi dan petrokimia tersebut akan ditandatangani Putra Mahkota Abu Dhabi saat berkunjung ke Indonesia pada pekan ini.
“Terdapat beberapa kesepakatan yang nanti diumumkan oleh Presiden Joko Widodo. Potensi investasi UEA [secara keseluruhan] mencapai US$9,7 miliar,” tegasnya.
Adapun, Presiden Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Erwin Ciputra menjelaskan, pihaknya sedang menyiapkan proses penandatanganan memorandum of understanding/MoU antara Chandra Asri dan Mubadala. “Kami sedang persiapkan [proses] penandatanganan, sudah firm tanda tangan akan dilakukan. Nanti kami akan memberikan penjelasan lebih komprehensif,” katanya.
Agus Salim Pangestu, Direktur Utama PT Barito Pacific Tbk.,— induk usaha Chandra Asri—mengatakan, sektor petrokimia sangat luas karena merupakan industri dasar untuk berbagai sektor, seperti otomotif, elektronik, pesawat udara, konstruksi, cat, dan lainnya.
“Salah satu produk hilir petrokimia adalah plastik yang sangat diperlukan untuk pengembangan kendaraan listrik yang saat ini sedang dimatangkan oleh pemerintah. Kemungkinan penandatanganan MoU pada 24 Juli [2019],” katanya kepada Bisnis.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono menuturkan, selama ini industri petrokimia masih mengimpor produk petrokimia dan bahan bakunya dalam jumlah besar.
Dengan proyek ini, imbuhnya, mata rantai pasok bahan baku menjadi lebih pendek karena mendapatkan kepastian suplai nafta dari UEA, sekaligus mengurangi impor produk jadi.
“Produk yang dihasilkan [di Indonesia] bisa lebih kompetitif. Mudah-mudahan, kalau kerja sama ini terealisasi, dapat menarik pemain lain untuk mengikuti jejak Mubadala,” ujarnya.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil, Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, kerja sama itu akan memperkuat rantai suplai bahan baku industri petrokimia.
Selain penandatanganan MoU itu, perusahaan migas ADNOC turut meneken comprehensive partnership framework dengan PT Pertamina (Persero) dengan nilai investasi US$1,3 miliar—US$2,5 miliar.
Husin Bagis menjelaskan, rencana kerja sama keduanya lebih banyak di sektor midstream dan hilir migas.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, pihaknya terbuka kepada para pihak yang berminat menjadi mitra dengan mempertimbangkan aspek teknis, legal, dan bisnis. (Lucky L. Leatemia/Annisa Sulistyo Rini/Azizah Nur Alfi)