Bisnis.com, JAKARTA – Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM menambah jumlah wilayah kerja panas bumi yang dilelang pada tahun ini menjadi lima dari sebelumnya berjumlah empat.
Penambahan jumlah lelang dilakukan karena PT PLN (Persero) menolak atau menyatakan tidak berminat mengelola lima wilayah kerja panas bumi yang ditawarkan oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM.
Adapun lima wilayah kerja panas bumi (WKP) yang ditawarkan kepada PLN yakni WKP Wapsalit berkapasitas 5 MW di Maluku, Sumani 20 MW di Sumatera Barat, Lainea 20 MW di Sulawesi Tenggara, Suwawa 10 MW di Gorontalo, dan Cubadak 10 MW di Sumatera Barat.
Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM Ida Nuryatin Finahari mengatakan dari lima WKP yang ditolak tersebut, hanya satu yang akan ditambahkan dalam daftar lelang tahun ini yakni, Lainea 20 MW di Sulawesi Tenggara. Sementara itu, empat sisanya akan masuk dalam rencana lelang tahun depan.
Artinya, lima WKP yang lelang pada Juli 2019 adalah Wilayah Kerja Panas Bumi Sembalun dengan kapasitas 100 MW di Nusa Tenggara Barat, Telaga Ranu 85 MW di Maluku Utara, Gunung Galunggung 160 MW di Jawa Barat, Gunung Wilis 50 MW di Jawa Timur, dan Lainea 20 MW di Sulawesi Tenggara.
“Tahun ini lelang tambah Lainea saja, kalau yang tahun depan belum diputuskan, hanya saja sisanya kemungkinan dibawa ke tahun depan,” katanya kepada Bisnis, Minggu (30/6/2019).
Sementara itu, Direktorat Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM juga masih menunggu keputusan PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mengenai penugasan WKP. PGE ditugaskan untuk mengelola WKP Kotamobagu di Sulawesi Utara dengan kapasitas sebesar 140 MW.
Ida mengatakan WKP yang dilelang pada Juli 2019 tersebut ditarget menemukan pemenang pada Oktober 2019. Setelah itu, badan usaha pemenang lelang dapat melakukan eksplorasi dengan masa waktu lima tahun.
“Kalau tidak sampai lima tahun eksplorasi lebih bagus lagi,” katanya.
Saat ini pemanfaatan kapasitas total terpasang energi panas bumi di Indonesia adalah sebesar 1.948,5 Mega Watt (MW). Capaian ini menempatkan Indonesia sebagai produsen listrik panas bumi peringkat kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Semula, posisi ini ditempati Filipina.
Pada 2019, Kementerian ESDM menarget tiga pembangkit geotermal berkapasitas total 180 MW akan beroperasi komersial pada 2019. Adapun tiga pembangkit geotermal tersebut yakni pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Muaralaboh unit I berkapasitas 80 MW, PLTP Sorik Merapi unit I berkapasitas 45 MW, dan PLTP Sokoria unit I berkapasitas 5 MW.
Berdasarkan eksplorasi, potensi panas bumi di tiga wilayah kerja tersebut sebenernya jauh lebih besar daripada PLTP yang akan dipasang. Adapun wilayah kerja panas bumi (WKP) Muaralaboh memiliki potensi 220 MW, WKP Sorik Merapi memiliki potensi 240 MW, dan WKP Sokoria 30 MW.