Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prabowo-Sandi Ingin Naikkan Tax Ratio Hingga 16%. Ini Penjelasannya

Dalam debat pertama Pilpres pada pekan lalu, Calon Presiden 2019-2024 nomor urut 02 Prabowo Subianto melontarkan pernyataan jika mendapat mandat dari rakyat Indonesia, bertekad menaikkan rasio pajak hingga 16%.
Capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno tiba untuk mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar
Capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno tiba untuk mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam debat pertama Pilpres pada pekan lalu, Calon Presiden 2019-2024 nomor urut 02 Prabowo Subianto melontarkan pernyataan jika mendapat mandat dari rakyat Indonesia, bertekad menaikkan rasio pajak hingga 16%.

Apa saja penjelasannya mengenai ide menaikkan rasio pajak tersebut? Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Drajad Wibowo memberikan bocorannya dalam acara Diskusi Rabu Biru bertemakan "Reformasi Pajak Prabowo-Sandi, Kesejahteraan Untuk Rakyat" pada Rabu (23/01/2019).

Sebagaimana tertuang dalam pernyataan pers Media Center Prabowo-Sandi, ekonom Drajad menjelaskan salah satu langkah yang akan dilakukan oleh Prabowo-Sandi adalah menurunkan tarif pajak. Langkah itu diharapkan bisa memberikan stimulus kepada wajib pajak untuk membayarkan kewajibannya.

Dia menganalogikan strategi penurunan tarif pajak Prabowo-Sandi seperti retail dan grosir. Lazimnya, retail mematok harga barang lebih tinggi, namun pembelinya sedikit. Sementara grosir mematok harga lebih murah untuk menaikkan volume penjualan.

"Kita sering lihat retail dan grosir. Orang grosir itu menurunkan margin tipis, tapi dengan margin tipis keuntungannya lebih banyak. Jadi mainnya volume. Begitu juga dengan pajak, kita turunkan margin, naikkan volume," katanya.

Menurut dia, memang menaikkan rasio pajak dari 11% menjadi 16%, bukan perkara mudah. Namun demikian, politisi PAN ini  optimistis pekerjaan rumah itu akan diselesaikan oleh Prabowo-Sandi dalam lima tahun pemerintahannya.

"Ini yang mendasari pernyataan Mas Prabowo, kita ingin menaikkan tax ratio menjadi 16%, naik 5%. Artinya harus menaikkan penerimaan perpajakan minimal setahun Rp 800 Triliun. Apakah bisa dicapai 1 tahun? Tidak. Ini dtargetkan tercapai sampai 2024. Artinya paling tidak setiap tahun harus bisa menaikkan 1%," tuturnya.

Sementara Juru Debat BPN Prabowo-Sandi, M Kholid mengatakan upaya menaikkan penerimaan pajak bisa dilakukan dengan menutup lubang-lubang kebocoran pajak, salah satunya dengan memperbaiki efektifitas objek pajak.

"Perekonomian Indonesia mayoritas masih sektor informal. Dengan memberikan insentif pajak dan reformasi pajak, mayoritas sektor informal itu masuk ke sektor formal sehingga menaikkan basis pajak kita. Dengan begitu tax ratio akan meningkat," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yusran Yunus
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper