Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

550.000 Hektare Rawa Dikembangkan Jadi Lahan Padi

Kementerian Pertanian menargetkan dapat mengembangkan pertanamanan padi di lahan rawa seluas 550.000 hektare pada 2019.  Dengan asumsi produktivitas minimal 6 ton/ha, maka dapat dihasilkan 6,6 juta ton GKP pada akhir tahun.
Rangkaian kereta api kuno membawa wisatawan melintasi kawasan Rawa Pening, di Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (16/4)./Antara-Aditya Pradana Putra.
Rangkaian kereta api kuno membawa wisatawan melintasi kawasan Rawa Pening, di Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (16/4)./Antara-Aditya Pradana Putra.

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian menargetkan dapat mengembangkan pertanamanan padi di lahan rawa seluas 550.000 hektare pada 2019.  Dengan asumsi produktivitas minimal 6 ton/ha, maka dapat dihasilkan 6,6 juta ton GKP pada akhir tahun.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Sumardjo Gatot Irianto mengatakan ada enam provinsi dengan lahan rawa potensial yang bisa digarap. Lahan rawa tersebut dibagi menjadi dua criteria yakni lahan rawa lebak (RWS) dan lahan rawa pasang surut (RWPS).

Adapun lokasi lahan rawa yang potensial di Sulawesi Selatan RWL 5.000 hektare, Kalimantan Selatan RWL 10.000 hektare dan RWPS 300.000 hektare, Lampung RWL 5.000 hektare, Sumatera Selatan RWL 20.000 hektare dan RWPS 200.000 hektare, Jambi RWL 5.000 hektare dan Kalimantan Tengah RWL 5.000 hektare.

Menurutnya, setiap 1.000 hektare RWPS akan dikelola oleh satu unit desa sedangkan untuk 200 hektare RWL dikelola oleh satu unit desa sebab tidak mungkin 550.000 hektare dikelola semuanya oleh pemerintah daerah atau pusat.

“Kami akan fokus di daerah tersebut. Paling siap adalah Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, tapi yang lain juga siap. Kami targetkan minimal bisa panen dua kali setahun atau lima kali dalam dua tahun,” katanya dalam paparan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI) Rabu (21/11/2018).

Gatot mengatakan budidaya di lahan rawa akan jauh lebih baik dibandingkan dengan di Jawa. Pasalnya, Gatot  sudah menyiapkan skema yang berbeda dimana setiap lahan RWL dan RWPS dilengkapi dengan saluran irigasi, pompa air, dan eskavator. Selain itu, lahan rawa juga akan menggunakan 100% mekanisasi dan memperkecil tenaga kerja yang menggarap sawah dengan harapan jauh lebih efisien untuk biaya produksiya.

Lahan RWL dan RWPS juga memilki perbedaan dalam sistem budidayanya. Pada lahan RWL menggunakan sistem pengairan yang tertutup agar lebih terkontrol sedangkan lahan RWPS menggunakan sistem pengarus jadi ada sirkulasi.

Dia mengakui awalnya memang lahan rawa tersebut tidak bisa dipakai karena tingkat keasaman yang tinggi pada tanahnya. Tapi berkat teknologi, permasalahan itu bisa teratasi. Adapun produktivitasnya yakni 6-8 ton/ha dengan penggunaan benih sekitar 45-50 kg/ha. Penggunaan benih yang sebanyak itu karena menggunakan sistem tabur.

“Kita tabur sistemnya. Tidak terkejar kalau 550.000 hektare [tanam satu-satu]. selesainya kapan? Itu target tanamnya 100 ha satu hari atau mau 200 ha satu hari,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper