Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Indeks Penjualan Riil Belum Mengkhawatirkan

Indeks penjualan ritel (IPR) Indonesia berpotensi kembali turun hingga akhir tahun ini, setelah sempat mencatatkan pertumbuhan selama Feburari—Juni 2018. Namun, catatan hingga akhir tahun ini diyakini masih lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks penjualan riil (IPR) Indonesia berpotensi kembali turun hingga akhir tahun ini, setelah sempat mencatatkan pertumbuhan selama Feburari—Juni 2018. Namun, catatan hingga akhir tahun ini diyakini masih lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.

Berdasarkan riset Bank Indonesia, IPR untuk perlengkapan rumah tangga pada Agustus 2018 berada pada level 163,5, turun dari Juli yang mencapai 166,2 dan Juni dengan 171,6.

Sementara itu, kondisi yang sama terjadi pada IPR untuk barang lainnya termasuk sandang. Secara konsisten, indeks tersebut turun dari Juni sebesar 186,2 menjadi 174,6 pada Juli, dan 175,2 pada Agustus.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal memprediksi, tren penurunan IPR tersebut akan berlanjut setidaknya hingga November 2018, sebelum membaik pada Desember.

Hanya saja, dia melihat, tren penurunan IPR pada tahun ini belum terlalu mengkhawatirkan lantaran capaian IPR untuk perlengkapan rumah tangga dan untuk barang lainnya pada tahun ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan 2017.

“Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, tren yang terjadi pada tahun ini masih jauh lebih baik. Pada akhir tahun ini pun perkiraan kami, indeks tersebut akan kembali naik kendati terdapat sejumlah sentimen yang berpotensi mengganggu belanja masyarakat,” katanya, Minggu (23/8).

Berdasarkan data BI, indeks penjualan perlengkapan rumah tangga pada Juli dan Agustus 2017 mencapai 157,8 dan 151,4. Sementara itu, indeks penjualan riil untuk barang lainnya pada periode yang sama mencapai 154,5 dan 144,1.

Penurunan IPR untuk perlengkapan rumah tangga dan barang lainnya seperti sandang selepas Juni, menurutnya,  merupakan tren tahunan yang hampir selalu terjadi setelah Idulfitri. Hanya saja, capaian pada tahun ini dinilai lebih baik lantaran daya beli masyarakat yang masih terjaga.

Pasalnya, menurutnya, kepercayaan konsumen RI masih relatif tinggi meskipun tengah digempur oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Di sisi lain, para pengusaha ritel telah menjanjikan untuk tidak akan menaikkan harga produknya, kendati mendapatkan sentimen dari pelemahan rupiah dan kenaikan tarif PPh pasal 22 terhadap sejumlah barang konsumsi yang diimpor.

Saat dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy N. Mandey meyakini daya beli masyarakat masih akan terjaga pada tahun ini. Dia melihat penurunan IPR pada tahun ini lebih disebabkan oleh tren tahunan.

“Sampai akhir tahun ini perkiraan kami belum akan ada kenaikan harga di tingkat konsumen, terutama karena dampak dari pelemahan rupiah. Perkiraan saya, harga akan mulai naik jika rupiah sudah menembus Rp16.000 per dolar AS,” ujarnya.

Untuk itu, dia memperkirakan, IPR secara kumulatif tahun ini masih akan berada di atas tahun lalu yang mengalami pelemahan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper