Bisnis.com, JAKARTA -- Bekasi tengah bersiap menyambut tol JORR 2 ruas Cimanggis-Cibitung dan tol Jakarta-Cikampek (Japek) Selatan yang menghubungkan daerah Jatiasih ke Purwakarta.
Kedua jalan tol tersebut akan beririsan dengan jalan arteri primer di Bekasi Selatan yakni Jalan Raya Narogong, menjadikan kawasan Narogong sebagai lokasi yang berpotensi untuk berkembang termasuk untuk aktivitas bisnis.
Jika dibayangkan, area premium di Narogong akan berada di antara dua jalan tol JORR2 dan Japek Selatan layaknya Jalan Casablanca di Jakarta, yang menghubungkan antara Jalan Sudirman dengan Jalan Rasuna Said. Dengan trafik dari dua jalur tol, maka paling tidak dalam 5-10 tahun ke depan Narogong akan menjelma menjadi kawasan bisnis terpadu yang baru di Kota Bekasi.
"Kawasan ini menjadi satu-satunya wilayah di Jabodetabek yang memiliki dua akses pintu tol dengan jarak sedekat itu,” ungkap Ardzuna Sinaga, Direktur Urban+<, konsultan yang sedang mengerjakan perencanaan revitalisasi area Narogong, baru-baru ini.
Dia menekankan koridor strategis Narogong memerlukan perencanaan transportasi dan infrastruktur yang komprehensif.
Kalangan investor termasuk pengembang properti juga menyambut positif pembangunan dua jalur tol yang mengapit Narogong. Salah satunya Gunasland, pengembang Vida Bekasi, sebuah kawasan terpadu seluas 140 hektare (ha) yang berlokasi di Narogong.
Edward Kusma, Direktur Vida Bekasi, menjelaskan proyeknya pun tengah bersiap menyambut hadirnya akses tol ke wilayah itu.
“Sambutan yang positif kami tunjukkan dengan menyiapkan area khusus seluas 15 ha yang akan dibangun menjadi town center Vida Bekasi. Istimewanya, pusat keramaian ini akan dibangun terintegrasi dengan ruang publik di tepi danau buatan," ungkapnya.
Proyek itu akan dilengkapi lifestyle center, rumah sakit, kampus, pusat kesenian, perkantoran, hotel, hingga apartemen.
Erwin Guwinda, Kepala Bidang Perencanaan Dinas Tata Ruang Kota Bekasi, mengungkapkan secara teori the trade follow the ship, yang berarti jika ada transportasi maka perdagangan pasti tumbuh. Dalam konteks ini, pertumbuhan ruang kota baru selain komersial dan juga hunian.
Menurutnya, pembangunan Central Business District (CBD) di Narogong harus memperhatikan aspek lingkungan. CBD di Narogong sebaiknya tidak dibangun secara masif, misalnya dengan ketinggian bangunan maksimal 20 lantai serta dengan luasan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
“Narogong diharapkan akan melengkapi kawasan bisnis yang lain. Namun, kali ini harus dengan penataan yang lebih baik untuk utilitas maupun drainase,” ucap Erwin.