Bisnis.com, JAKARTA—Penaikan harga pakan ternak yang berpotensi berdampak pada penaikan harga bahan pokok sumber protein seperti ayam dan telur dinilai tidak sepenuhnya terjadi karena peningkatan harga jagung dalam negeri.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan penaikan harga pakan ternak menurutnya lebih karena semakin mahalnya dolar. Pasalnya, komponen pakan ternak yang berasal dari luar negeri masih tinggi.
“Kalau sekarang bukan karena jagung, ini karena efek impor dari naiknya dolar. Berbeda ya,” katanya kepada Bisnis, Selasa (24/7/2018).
Dia mengatakan jika memang harga saat ini sudah tidak memungkinkan untuk menahan harga pakan di posisi yang sama, pelaku industri pakan diminta menaikkan harga.
“Ya, kalau harga sudah tinggi biar petani juga diuntungkan, jangan mahal dibandingkan dengan impor, kalau dibandingkan dengan impor, ia mahal tapi kalau ada semangat meningkatkan produksi dalam negeri, agar petani bisa dapat harga bagus, pakan ternak harus memahami, ya menaikkan saja harga jualnya, bukan terus harga petaninya ditekan,” paparnya.
Winarno menilai pemerintah telah sukses dalam rencana meningkatkan produksi jagung dalam negeri melalui progran upaya khusus (Upsus).
Dengan adanya Upsus, kata Winarno, saat ini Indonesia bisa memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri sembari melindungi petani dari impor.
“Hasilnya sudah bagus, signifikan dengan mencukupi kebutuhan dalam negeri yang tidak dengan impor dan juga mengurangi jumlah impor yang sangat besar sekali, termasuk perlindungan dari impor sehingga harganya bagus terus,” tuturnya.
Produksi yang bagus ini juga ditopang oleh kejelasan pasar dan harga yang baik yang membuat petani bersemangat untuk terus menanam jagung. Menurutnya, pasar jagung dalam negeri saat ini sudah dalam kondisi yang baik. Hanya saja, harga yang tinggi ini membuat industri pakan ternak kelimpungan.