Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ERUPSI MERAPI: Penumpang Diiimbau Maklumi Buka Tutup Bandara

Regulator penerbangan nasional mengimbau penumpang memaklumi kebijakan buka-tutup bandara akibat letusan Gunung Merapi.
Gunung Merapi mengeluarkan material vulkanis saat terjadi letusan freatik terlihat dari Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (1/6/2018)./ANTARA-Mohammad Ayudha
Gunung Merapi mengeluarkan material vulkanis saat terjadi letusan freatik terlihat dari Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (1/6/2018)./ANTARA-Mohammad Ayudha

Bisnis.com, JAKARTA--Regulator penerbangan nasional mengimbau penumpang memaklumi kebijakan buka-tutup bandara akibat letusan Gunung Merapi.

Letusan Gunung Merapi di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terjadi Jumat (1/6/2018) sekitar pukul 08.20 WIB ternyata berdampak pada operasional bandara-bandara yang berada di dekatnya, yaitu Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dan Bandara Internasional Adi Soemarmo Solo.

Dari rekap laporan penerbangan (AIREP) di wilayah tersebut dan Citra Satelit Cuaca Himawari pada pukul 15.00 WIB, teridentifikasi sebaran abu vulkanik bergerak ke arah utara dengan kecepatan angin 10 knots, ke timur dengan kecepatan angin 5 knots, ke selatan dengan kecepatan angin 15 knots, dan ke barat daya. Perkiraan ketinggian abu vulkanik mencapai FL380.

Dari observasi di darat (ground observation) pukul 15.10 WIB, dilaporkan ada sebaran abu vulkanik di dua bandara tersebut. AirNav yang melakukan paper test airside juga menyatakan kedua bandara positif mengandung debu vulkanik dan berpotensi mempengaruhi keselamatan operasional penerbangan.

Akibat hal itu, dilakukan buka tutup di dua bandara tersebut untuk keselamatan penerbangan.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso mengatakan penumpang yang terdampak, baik di dua bandara tersebut maupun bandara lain yang terhubung untuk memakluminya.

Berdasarkan laporan PT Angkasa Pura I sebagai pengelola kedua bandara, ada puluhan penerbangan yang terdampak, yaitu 15 penerbangan dalam dan luar negeri dari dan ke Semarang, serta 12 penerbangan domestik dari dan ke Solo.

"Saya mengharapkan penumpang untuk memaklumi adanya buka tutup bandara ini, walaupun mungkin terasa merugikan. Namun, ini demi keselamatan penerbangan dan juga keselamatan para penumpang juga," katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (2/6/2018).

Agus juga menyatakan pihaknya mengapresiasi langkah yang diambil oleh pengelola bandara dan AirNav tersebut. Menurutnya, keselamatan penerbangan tidak boleh ditawar-tawar. Kalau ada hal-hal yang meragukan, operasional penerbangan harus ditunda atau dihentikan.

Sebenarnya, ada 3 bandara di sekitar Gunung Merapi, yaitu dua bandara tersebut dan Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Untuk saat ini yang terdampak bandara di Solo dan Semarang karena angin mengarah ke sana.

Namun, karena status Gunung Merapi masih waspada dan ada kemungkinan erupsi lagi, bukan tidak mungkin nantinya bandara di Jogja akan terdampak juga.

"Untuk itu semua personil dari stakeholder penerbangan di daerah tersebut harus terus waspada memantau keadaan terkini dan bekerjasama melakukan hal yang tepat dan terbaik," ujarnya.

Menurut Agus, ada beberapa hal yang dilakukan pengelola bandara dan AirNav baik sebelum-selama dan setelah letusan, di antaranya sebelum letusan, pengelola bandara dan AirNav akan selalu memantau perkembangan gunung berapi dari laporan PVMBG.

Saat letusan, pengelola bandara dan AirNav akan memantau lewat satelit dan melakukan paper test di darat, sedangkan setelah letusan, pengelola bandara dan AirNav akan mengecek peralatan yang terdampak serta membersihkan bandara dari debu vulkanik.

"Oleh karena itu, dilakukan buka tutup bandara selama proses-proses tersebut berlangsung. Untuk itu kami minta penumpang maklum dan bersabar serta bekerjasama dengan kami untuk keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan kita semua," jelas Agus.

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan (PM) Nomor 89 Tahun 2015 Tentang Penanganan Keterlambatan Penerbangan Pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal di Indonesia, keterlambatan, penundaan atau penghentian penerbangan karena faktor alam tidak mendapatkan kompensasi.

Agar tidak terjadi kesalahpahaman informasi, Agus meminta pengelola bandara dan maskapai penerbangan untuk memberikan informasi yang baik dan benar pada penumpang.

Maskapai dan pengelola bandara juga harus menghadirkan petugas yang berkompeten di bandara untuk berkoordinasi dan berkomunikasi dengan penumpang sehingga tidak terjadi hal-hal yang negatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper