Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERANG DAGANG AS-CHINA, Ini kata Ekonom

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati optimistis potensi perang dagang Amerika Serikat dan China bakal berdampak terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia.
Ilustrasi./.Bisnis-Paulus Tandi Bone
Ilustrasi./.Bisnis-Paulus Tandi Bone

 

Bisnis.com, JAKARTA- Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati optimistis potensi perang dagang Amerika Serikat dan China bakal berdampak terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia.

Selama ini ekspor ke AS tidak berpengaruh pada kepentingan nasional negara itu. Sehingga RI berkesempatan melakukan negosiasi secara bilateral untuk meningkatkan volume impor dari Indonesia.

Sementara itu, China selama ini mengimpor dalam bentuk komoditas. Namun Indonesia kemudian mengimpor produk China dalam bentuk barang jadi. Menurut Enny, pemerintah harus dapat memanfaatkan momentum ini untuk menaikan substitusi impor untuk meningkatkan posisi Indonesia.

“Percepatan industrialisasi baik industri hulu, sekaligus industri hilir bisa dipercepat, selain untuk promosi ekspor juga subsitusi impor,” kata Enny kepada Bisnis, Senin (26/3/2018).

Menurutnya pemerintah akan mendapat peluang baik dari perang dagang ini. Namun salah satunya dengan industrialisasi produksi dalam negeri. "Justru itu bisa menjadi berkah kalau kita secara kreatif kemanfaatkan peluang itu."

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W Kamdani mengatakan sektor dalam negeri harus memastikan terlebih dulu produk mana yang akan dinaikan dumping oleh kedua negara baik AS maupun China. Dari situ, baru diketahui mana saja yang bisa disodorkan Indonesia untuk pengembangan ekspor.

“Nanti akan dilihat produk apa saja yang dimasukan ke dalam kenaikan tarif oleh kedua negara. Apakah indonesia berkesempatan meningkatkan ekspor ke kedua negara tersebut. Jadi itu pasti ada peluang untuk Indonesia,” kata Shinta kepada Bisnis.

Salah satu produk yang dinggap dapat meningkatkan nilai ekspor dalam tensi perang dagang ini ialah industri tekstil. Pasalnya AS tidak dapat memproduksi tekstil di negaranya. Menurutnya sektor lain juga dapat mencari celah meraup untuk untuk pengembangan ekspor dari dalam negeri.

Shinta menerangkan, China berencana mengenakan tarif untuk sejumlah produk AS yang akan masuk ke negara itu, seperti tarif masuk 15% untuk steel pipes, buah-buahan dan minuman anggur. Sementara tarif 25% dikenakan untuk produk ekspor AS ke China yakni daging Babi dan Alumunium daur ulang.

Negeri Paman Sam yang berencana bakal menaikan bea masuk lainnya untuk produk terknologi masa depan dari China seperti robotiC dan computer quantum. Indonesia bukan sebagai negara produsen robotik akan sulit meraup peluang dari rencana AS ini.

Hingga kini menurutnya belum ada dampak yang cukup berarti terhadap perang dagang AS- China. Malah pemerintah diharapkan siaga terhadap pengenaan bea masuk yang bakal dihadapi oleh China. Pasalnya barang dari China akan dialihkan ke pasar lain termasuk ke Indonesia.

“Pemerintah perlu mengawasi perdagangan dengan China, karena Indonesia juga baru mendapatkan peluang investasi ekspor, takutnya produksi dalam negeri malah kalah bersaing dengan China [akibat produk China membanjiri RI],” katanya.

Pihaknya mengharapkan pemerintah melakukan maping produk yang akan dinaikan tarif masuk oleh masing-masing negara. Namun untuk saat ini masih cukup dini jika menyebutkan produk yang akan mengalami perkembangan ekspor akibat perang dagang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper