Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produktivitas Utang Pemerintah Ternyata Masih Rendah

Bisnis.com, JAKARTA -- Peningkatan utang pemerintah dinilai belum mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, sehingga output perekonomian relatif stagnan.
Ilustrasi utang/Istimewa
Ilustrasi utang/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Peningkatan utang pemerintah dinilai belum mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, sehingga output perekonomian relatif stagnan.

Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan, seharusnya utang yang digunakan untuk sektor produktif bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Nyatanya sejauh ini semenjak 3,5 tahun terakhir nilai utang meningkat, produktivitas tidak kunjung meningkat," katanya dalam acara diskusi Indef, di Jakarta, Rabu (21/3/2018).

Produktivitas Utang Pemerintah Ternyata Masih Rendah

Berdasarkan bahan paparannya, pertumbuhan utang pemerintah dalam denominasi rupiah adalah 14,81%, sedangkan pertumbuhan PDB nominal hanya 8,72%.

"Laju pertumbuhan utang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB ini dapat menggerogoti stabilitas sistem ekonomi ke depan," imbuhnya.

Adapun, output pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah sektor industri pengolahan dan pertanian masih belum dapat tumbuh di atas PDB, yakni hanya 4,27% dan 3,81%.

Produktivitas Utang Pemerintah Ternyata Masih Rendah

Padahal, kata Heri, sektor tersebut banyak menyerap tenaga kerja dan memberi kontribusi bersar terhadap PDB.

Sektor tersebut juga tidak banyak menyerap dana dari utang luar negeri, justru utang luar negeri lebih didominasi oleh sektor jasa keuangan dan administrasi pemerintahan.

Selain itu, katanya, impor masih cenderung meningkat, walaupun pemerintah berusaha meningkatkan produksi dalam negeri utang.

"Artinya tujuan utang untuk meningkatkan kemandirian ekonomi juga masih belum tarcapai," katanya.

Produktivitas Utang Pemerintah Ternyata Masih Rendah

Terlepas dari topik pembahasan, kata Heri, porsi impor barang konsumsi pada periode Januari-Februari tahun meningkat dari 8,15% menjadi 9,30%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper