Bisnis.com, JAKARTA - PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum disarankan untuk mempertimbangkan dampak dari rencana pembelian 40% hak partisipasi Rio Tinto di PT Freeport Indonesia.
Budi Santoso, pengamat ertambangan dari Indonesian Resources Strategic Studies (Ciruss), menilai bahwa akuisisi hak partisipasi Rio Tinto tidak akan berdampak signifikan pada kinerja Inalum meski melibatkan nilai keuangan yang besar.
Kondisi produksi Freeport yang diperkirakan akan menurun dalam 2-3 tahun ke depan karena berakhirnya penambangan di tambang terbuka Grasberg, menurut Budi, tidak menjadi persoalan utama dalam rencana akuisisi tersebut. Dia berujar pihak Inalum pasti telah mempertimbangkan hal tersebut mengingat dalam setiapp perubahan operasi tambang pasti selalu ada penyesuaian produksi.
“Menurut saya itu pasti sudah diperhitungkan. Tapi yang harus diperhatikan adalah apakah setelah mengusai saham Rio Tinto langsung otomatis menjadi pemegang saham walaupun dalam perjanjian antara Rio Tinto dan Freeport dinyatakan begitu,” ujar Budi kepada Bisnis, Minggu (11/3/2018).
Saat ini proses negosiasi pembelian hak partisipasi Rio Tinto di PT Freeport Indonesia diyakini telah mencapai babak akhir.
CEO Freeport-McMoRan Inc. Richard C. Adkerson pun menyatakan kepastian pembelian hak partisipasi akan diperoleh dalam waktu yang sangat dekat.
Adapun pembelian hak partisipasi Rio Tinto dalam rangka memenuhi kewajiban divestasi 51% Freeport Indonesia akan mengurangi dampak langsung terhadap Freeport-McMoRan yang saat ini menguasai 91,64% saham, secara signifikan. Pasalnya, dengan mengambil hak partisipasi Rio Tinto, maka Freeport-McMoRan hanya perlu melepas sahamnya sedikit lagi.
Seperti diketahui, melalui kerja sama dengan Freeport-McMoRan yang pada 1996, Rio Tinto ikut berinvestasi dalam pengelolaan Tambang Grasberg di Papua dengan hak partisipasi sebesar 40%.
Hingga akhir 2021, Rio Tinto memiliki hak 40% apabila produksi mencapai level tertentu. Setelah itu, jatah 40% Rio Tinto akan dihitung dari seluruh produksi atau pendapatan Freeport Indonesia.
Jika hak partisipasi Rio Tinto itu berubah menjadi 40% saham di Freeport Indonesia, maka kepemilikan Freeport-McMoRan sebesar 81,28% akan terdilusi menjadi 48,768%, sementara anak usahanya, PT Indocopper Investasma, dan pemerintah Indonesia yang memiliki saham sebesar 9,36%, akan terdilusi menjadi 5,616%.