Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Sambangi Asia Selatan, Sektor Energi Jadi Unggulan

Presiden Joko Widodo akan membawa misi kerja sama perdagangan lintas sektor saat melakukan lawatan ke lima negara di Asia Selatan.
Presiden Joko Widodo/Instagram @jokowi
Presiden Joko Widodo/Instagram @jokowi

Bisnis.com, JAKARTA—Presiden Joko Widodo akan membawa misi kerja sama perdagangan lintas sektor saat melakukan lawatan ke lima negara di Asia Selatan.

Menjalin kerja sama di bidang energi, menjadi salah satu unggulan pemerintah dalam kunjungan kerja yang rencananya dilaksanakan pekan depan.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar menyebut salah satu kerja sama yang diusung ialah pengiriman LNG dari Pertamina ke Pakistan dan Bangladesh dengan nilai 1-1,5 million tonnes/year (MTPA) dengan nilai sekitar US$6 miliar selama enam tahun.

Menurutnya, kesepakatan tersebut terjadi setelah kesepakatan perjanjian harga gas ditandatangani Presiden.

"Kita fokus ke situ dulu, ada kemungkinan [konsorsium] listrik 1.400 megawatt. Kita bangun pembangkit di sana, investasinya sekitar US$1,28 miliar, Pertamina yang berkonsorsium," tuturnya, di Istana Presiden, Kamis (18/1/18).

Untuk konsorsium pembangit listrik, Pertamina bekerja sama dengan Petrobangla, perusahaan minyak dan gas Bangladesh. Kerja sama ini merupakan tindak lanjut atas dilaksanakannya nota kesepahaman antara Pertamina dengan Bangladesh pada 15 September 2017.

Saat itu, penandatanganan dilakukan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan State Minister for Power, Energy, and Mineral Resources Bangladesh Nasrul Hamid.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Nila Djuwita F.Moeloek menawarkan kerja sama sektor farmasi kepada India, khususnya dalam produk onkologi. Kendati demikian, belum ada skema kerja sama khusus yang diusung saat Presiden melawat ke negara dengan 1,3 miliar penduduk tersebut.

"India memang ada investasi industri farmasi dan sudah berjalan, kita ingin dorong apa yang tidak bisa kita buat mereka investasi di sini [onkologi], termasuk vaksin. Tidak semua sektor, karena ada yang tidak perlu kita beli," katanya.

Sejauh ini, bahan baku obat generik salah satunya dipasok dari India. Melihat kondisi tersebut, pemerintah menawarkan kerja sama pembangunan fasilitas produksi di Tanah Air. Terlebih lagi, akan menguntungkan jika pabrik obat onkologi dapat dihadirkan dengan kerja sama tersebut.

"Onkologi yang masih kurang, andai kata mau jual-beli, kita mau beli yang tidak punya. Tetapi secara khusus, kita tidak mengajukan." ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper