Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings meningkatkan rating utang jangka panjang Indonesia dalam mata uang asing dan lokal dari BBB- menjadi BBB, dengan outlook stabil.
Dalam hal ini, kenaikan peringkat utang Indonesia itu didukung ketahanan Indonesia terhadap guncangan eksternal atau faktor global dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, kebijakan makro ekonomi secara konsisten untuk menjaga stabilitas. Kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel sejak pertengahan 2013 juga membantu menopang cadangan devisa Indonesia menjadi US$126 miliar.
Fitch juga menilai, Indonesia mampu disiplin menjaga kebijakan moneternya sehingga membatasi dampak dari aliran dana investor asing yang keluar dari Indonesia.
Ditambah langkah makro untuk berhati-hati menekan utang luar negeri terutama perusahaan serta pendalaman pasar keuangan juga membantu stabilitas pasar lebih baik. Fokus menstabilkan makro ekonomi juga terlihat dalam anggaran yang kredibel dalam beberapa tahun sebelumnya.
Kendati, meski ketahanan Indonesia membaik, Fitch melihat Indonesia juga hadapi sejumlah tantangan seperti tantangan eksternal yang tetap ada termasuk potensi tekanan pasar terhadap kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.
Selain itu, ketergantungan Indonesia terhadap komoditas juga masih relatif tinggi. Sedangkan tantangan dari dalam negeri, Indonesia akan hadapi tahun politik.
Di sisi lain, besar kemungkinan kondisi politik dapat jadi gangguan dalam membuat kebijakan ekonomi terutama jelang pemilihan kepala daerah 2018 dan pemilihan presiden pada 2019. Ini merupakan sentimen domestik yang dapat ganggu pasar.
Pemerintah Indonesia juga masih hadapi tantangan untuk memperbaiki lingkungan bisnis. Meski demikian langkah-langkah untuk mempermudah keizinan berusaha membuahkan hasil dengan peringkat Indonesia naik tajam dari posisi 192 ke peringkat 72.
Reformasi yang dilakukan Indonesia tampaknya berkontribusi terhadap aliran dana investor asing masuk ke Indonesia. Fitch memperkirakan aliran dana investasi asing secara langsung dapat menutupi defisit transaksi berjalan dalam beberapa tahun ke depan.
PDB 2018 & HARGA KOMODITAS
Fitch Ratings memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih kuat di antara negara lainnya. Dalam hal ini PDB Indonesia akan naik menjadi 5,4% pada 2018 dan 5,5% pada 2019 dari 5,1% pada 2017. Indonesia dapat keuntungan dari kenaikan perdagangan global dan stabilnya harga komoditas.
Ditambah belanja infrastruktur publik lebih tinggi, biaya pinjaman lebih rendah dan pelaksanaan reformasi struktural membuat Indonesia lebih kuat. Beban utang pemerintah juga terbilang rendah yakni sebesar 28,5% dari PDB pada tahun 2017, seperti yang diharapkan oleh Fitch.
Pemerintah mematuhi batas defisit anggaran sebesar 3% dari PDB, yang telah membantu menjaga kepercayaan investor di Indonesia selama masa turbulensi pasar.
Kendatipun demikian, penerimaan pemerintah sangat rendah sehingga hal ini menghambat pembiayaan langsung pemerintah untuk proyek infrastruktur dan meningkatkan ketergantungan pada badan usaha milik negara (BUMN) untuk mengatasi defisit infrastruktur yang besar.
Oleh karena itu, Fitch memprediksi hutang BUMN non-finansial sebesar 4,5% dari PDB per Juli 2017 kemungkinan akan meningkat secara substansial dalam beberapa tahun mendatang.
Kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel sejak pertengahan 2013 telah membantu penyangga cadangan devisa (foreign reserve buffers) membengkak menjadi US$126 miliar pada November 2017. Selain itu, kebijakan moneter telah cukup diterapkan untuk membatasi arus keluar modal yang fluktuatif selama periode penuh tantangan.
Langkah makro yang diterapkan secara seksama disebut telah membantu membatasi kenaikan tajam utang luar negeri perusahaan. Fokus pada stabilitas makro juga terlihat dalam asumsi anggaran yang kredibel dalam beberapa tahun sebelumnya.
Meski ketahanan Indonesia telah membaik, namun tantangan eksternal tetap ada, termasuk potensi tekanan terhadap emerging market sehubungan dengan normalisasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve.
Pada saat yang sama, ketergantungan Indonesia terhadap komoditas masih relatif tinggi. Baik utang luar negeri bersih dan kotor, yang mencapai 166% dari penerimaan transaksi berjalan, tetap meningkat dibandingkan dengan negara lain yang berperingkat BBB.
WASPADAI KEGADUHAN POLITIK
Di dalam negeri, kegaduhan politik berpotensi menjadi gangguan dari sudut pandang kebijakan ekonomi. Agenda pemilihan daerah 2018 dan pemilihan presiden 2019 merupakan risiko terhadap dorongan reformasi yang kuat serta dapat merusak sentimen pasar domestik dan asing. Pada sisi lain, dorongan reformasi struktural yang telah disepakati pemerintah memperbaiki lingkungan bisnis yang masih menantang.
Implementasi langkah-langkah untuk mengurangi persyaratan prosedural dan izin bisnis telah meningkatkan secara tajam posisi Indonesia dalam peringkat Kemudahan Berbisnis (Ease of Doing Business) oleh Bank Dunia ke posisi 72 dari 190 negara atau naik 37 posisi dalam dua tahun.
Reformasi tersebut nampaknya berkontribusi terhadap sisi finansial eksternal yang lebih kuat. Investasi langsung luar negeri (Foreign Direct Investment/FDI) meningkat dalam beberapa kuartal terakhir. Fitch pun memperkirakan FDI bersih akan menutupi defisit transaksi berjalan selama beberapa tahun ke depan.
Faktor pendorong peringkat ‘BBB’ atas rupiah Indonesia juga datang dari pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) yang tetap kuat di antara negara-negara lainnya. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1% selama lima tahun sebelumnya, sedangkan rata-rata negara lain dengan peringkat 'BBB' adalah 3,2%.