Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo kembali menekankan kekhawatiran terhadap situasi 'new normal' yang melanda arah perekonomian domestik dan global.
Berbicara dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Selasa (28/11/2017), Jokowi menyatakan situasi new normal tersebut dapat terlihat dari indikasi-indikasi makro.
Dia menyebutkan, situasi saat ini juga berbeda dengan situasi pada 2011-2012 ketika booming komoditas. Saat itu, tuturnya, konsumsi rumah tangga RI mencapai 7% berbanding saat ini sedikit di bawah 5%, lalu ekonomi dunia waktu itu sekitar 5% berbanding saat ini yang hanya 3% dan China yang terus melambat dari 11%-12% menjadi 6%.
"Situasi sekarang ini new normal, orang banyak sering membandingkan dengan masa yang lalu, ya inilah profil yang ada sekarang, memang berbeda. Ini yang harus kita pahami dalam ambil kebijakan," ungkapnya.
Secara mikro, situasi new normal tersebut juga memengaruhi dan dipengaruhi oleh pergeseran konsumsi akibat perubahan perilaku konsumen yang lebih terdigitalisasi. Pemerintah dan pengambil kebijakan, lanjutnya, harus memahammi situasi ini dalam melakukan pengambilan keputusan.
"Di setiap konferensi setiap kepala negara bingung menghadapi disruptive innovation yang cepat, revolusi 4.0 yang cepat. Ini mencegatnya di mana."