Bisnis.com, JAKARTA — PT Kereta Api Indonesia, pemegang saham mayoritas PT Railink, berharap kondisi keuangan operator kereta api bandara tersebut bisa membaik dengan beroperasinya Kereta Api Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Edi Sukmoro mengatakan sampai saat ini kinerja PT Railink masih merah atau mencatatkan kerugian. Kinerja perusahaan patungan antara KAI dengan PT Angkasa Pura II tersebut diharapkan mencatatkan keuntungan setelah kereta bandara beroperasi.
“Begini, [pendapatan] KA bandara bukan ke PT KAI, tapi ke Railink. Yang pasti bahwa sampai hari ini Railink itu rapornya merah. Mudah-mudahan dengan jalannya Kereta Bandara Internasional Soekarno–Hatta, rapornya menjadi biru,” kata Edi, Senin (6/11).
Saat ini, kerugian yang dicatatkan oleh Railink tidak besar. Menurutnya, masih meruginya Railink hingga saat ini lantaran terdapat kesalahan prediksi terkait dengan load factor atau tingkat keterisian Kereta Api Bandara Internasional Kualanamu.
Saat ini, ujarnya, maksimal load factor kereta api bandara internasional Kualanamu hanya sebesar 40%. Sementara prediksi sebelumnya, dia menuturkan sekitar 50%.
Dia mengungkapkan, pihaknya berharap PT Railink bisa mencatatkan keuntungan dengan beroperasinya kereta api bandara internasional Soekarno-Hatta lantaran moda transportasi berbasis rel tersebut sangat ditunggu masyarakat.
Baca Juga
Perusahaan, lanjutnya berharap load factor Kereta Api Bandara Internasional Soekarno-Hatta bisa lebih dari 70%-80% ketika dioperasikan.
Dia mengungkapkan, pihaknya mengupayakan moda transportasi berbasis rel tersebut dapat beroperasi pada akhir tahun. Pada pada 25 November 2017, ujarnya, akan dilakukan uji coba Kereta Api Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Adapun mengenai tarif yang akan dikenakan terhadap penumpang, dia menuturkan besarnya maksimal Rp100.000, dan tidak menutup kemungkinan bisa lebih rendah dari Rp100.000.
Berdasarkan annual report 2016 yang dikeluarkan oleh PT Kereta Api Indonesia, jumlah penumpang KA Bandara Internasional Kualanamu sepanjang tahun lalu mencapai 731.024 orang atau meningkat 5,67% dibandingkan sepanjang 2015, yakni 691.820 orang.
Kemudian, pendapatan usaha PT Railink mengalami penurunan sebesar Rp2,26 miliar atau 2,9% dari Rp78,85 miliar pada 2015 menjadi Rp76,59 miliar pada akhir 2016.
Penurunan pendapatan, masih dalam annual report 2016, terutama disebabkan turunnya pendapatan non-angkutan penumpang sebesar 36% dari Rp14,02 miliar pada 2015 menjadi Rp9,36 miliar pada 2016.
Sebaliknya, pendapatan angkutan penumpang naik 4,7% dari Rp64,84 miliar pada 2015 menjadi Rp67,23 miliar pada 2016. Railink mencatat rugi kotor sebesar Rp1,65 miliar sepanjang 2016, sementara sepanjang 2015 mencatat laba kotor Rp11,59 miliar.
Adapun rugi usaha sebesar Rp17,63 miliar dan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp27,57 miliar sepanjang 2016. Sepanjang 2015 rugi usaha Railink sebesar Rp6,44 miliar, sementara rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp4,92 miliar.