Bisnis.com, JAKARTA - PT Jasa Marga (Persero) Tbk mendukung opsi pembatasan waktu operasional angkutan logistik guna mengurai kemacetan di jalan tol Jakarta—Cikampek yang terjadi akibat adanya tiga proyek infrastruktur yang dibangun bersamaan, yaitu Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dan jalan tol Jakarta—Cikampek II Layang yang dibangun perseroan.
Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk Desi Arryani mengatakan, pihaknya telah beberapa kali melakukan rapat dengan Kementerian PUPR, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Kementerian Perhubungan dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
Dari pertemuan tersebut, muncul sejumlah opsi yang akan diambil guna mengurai kemacetan, antara lain pemberlakuan lajur khusus angkutan penumpang atau HOV lane yang telah diuji coba, rencana pembatasan waktu operasional truk logistik, hingga rencana pemberlakuan sistem ganjil-genap.
“Dari sisi kami, yang akan memberikan kontribusi terbesar [untuk memperlancar arus] adalah membatasi operasional truk golongan II sampai V, karena waktu arus balik lebaran kemarin bisa lancar kan karena kontribusi pembatasan itu, di samping proyek-proyeknya berhenti,” ujarnya, Jumat (18/8/2017).
Desi mengatakan, saat ini pihaknya tengah mendata waktu mana yang terbaik untuk diberlakukan pembatasan truk.Nantinya hasil pendataan tersebut akan diserahkan kepada BPTJ dan Kementerian Perhubungan selaku pihak yang berwenang menerbitkan kebijakan. “Untuk ganjil-genap kami juga belum tahu, intinya menunggu regulasi yang akan dikeluarkan,” ujarnya.
Lebih lanjut, saat ini Jasa Marga melalui anak perusahaan PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) telah membangun posko monitoring kepadatan lalu lintas Jalan Tol Jakarta-Cikampek di Simpang Susun Cikunir. Posko dapat memonitor kondisi jalan tol terus menerus dan menjadi pusat komunikasi serta sinkronisasi upaya penanganan kepadatan antara proyek-proyek infrastruktur di Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
Adanya kebijakan pembatasan waktu operasional Truk Angkutan Logistik menjadi strategi prioritas yang diharapkan diharapkan dapat membuat terjadinya pengalihan moda angkutan logistik ke kapal laut (mengoptimalkan waktu operasi pelabuhan 24 jam) atau dengan pemanfaatan kereta api/kanal (melalui Cikarang Dryport), sehingga tidak berpindah ke jalan nasional.