Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Tekstil Optimistis Lampaui Target Pemerintah

Pengusaha tekstil optimistis melebihi proyeksi pertumbuhan yang dibidik pemerintah pada tahun ini. Pemerintah mematok target pertumbuhan industri tekstil sebesar 1,6%—1,8% pada 2017.
Pabrik tekstil Sritex/Antara-R. Rekotomo
Pabrik tekstil Sritex/Antara-R. Rekotomo

Bisnis.com, JAKARTA—Pengusaha tekstil optimistis melebihi proyeksi pertumbuhan yang dibidik pemerintah pada tahun ini. Pemerintah mematok target pertumbuhan industri tekstil sebesar 1,6%—1,8% pada 2017.

Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan industri tekstil mencapai 3,65% pada kuartal kedua 2017. Pertumbuhan itu melebihi kinerja pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 0,16%.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat menyatakan kinerja pertumbuhan itu melebihi ekspektasi pengusaha yang memperkirakan kinerja pada kuartal kedua relatif stagnan. “Bagi kami pertumbuhan segitu cukup menggembirakan,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (7/8).

Menurutnya, kenaikan pertumbuhan itu merupakan dampak banyaknya perusahaan tekstil yang merelokasi pabrik ke Jawa Tengah. Banyaknya relokasi pabrik turut meningkatkan produktifitas produsen tekstil mengingat upah minimum di Jawa Tengah lebih kompetitif ketimbang lokasi lain. “Dengan begitu produksi bisa tumbuh, karena upah minimumnya di sana lebih terukur.”

Ade menduga kenaikan laju pertumbuhan itu juga dipengaruhi kenaikan realisasi investasi pada semester pertama tahun ini. “Investasi pabrik tekstil juga tumbuhnya juga cukup besar. Apa lagi yang main di sektor hulu,” ujarnya.

Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat investasi pada industri tekstil mencapai Rp7,47 triliun semester pertama tahun ini, atau naik 46% yoy dibandingkan semester pertama tahun lalu. Sebanyak Rp 5,02 triliun di antaranya merupakan investasi domestik, sementara sisanya senilai US$184,3 juta atau setara Rp 2,45 triliun merupakan investasi asing.

Ade menyatakan terdapat beberapa perusahaan tekstil besar yang merealisasikan investasi pada paruh pertama tahun ini. Seperti misalnya Sritex, PAN Brothers, dan Grup Sateri. Ketiganya mengoperasikan pabrik serat dan pemintalan baru.

“Mungkin di semester kedua nanti malah ada satu perusahaan tekstil yang ditakeover investor China kurang lebih Rp500 miliar. Kabarnya mereka mau kembangkan investasi jadi Rp2 triliun untuk membuat pabrik dyeing and finishing,” ujar Ade.

Menurutnya, pemerintah perlu mendukung kinerja penjualan pabrikan domestik dengan menahan laju impor tekstil. Sebab permintaan tekstil domestik terus tergerus oleh produk impor.

“Kalau pemerintah konsisten menertibkan barang tekstil impor dari China, kami optimistis produksi dalam negeri bisa meningkat dan kinerja pertumbuhan tekstil bisa lebih baik lagi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper