Bisnis.com, JAKARTA- Samuel Sekuritas Indonesia mengemukakan menurunnya Inflasi inti tidak sepenuhnya menggambarkan anjloknya daya beli.
Inflasi inti di Ramadan 2017 melemah tipis, sehingga mempertahankan tren penurunan sejak 2011.
“Inflasi inti turun tetapi tidak sepenuhnya menggambarkan anjloknya daya beli,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta, dalam risetnya yang diterima pagi ini, Selasa (2/8/2017).
Walaupun, ujarnya, mayoritas indikator memang masih menunjukkan perlambatan konsumsi rumah tangga.
Namun, tambahnya, di saat yang bersamaan, inflasi negara sumber barang impor yang masuk ke Indonesia, juga melambat. Dibarengi juga oleh perubahan harga minyak tahunan yang semakin turun.
Sementara itu, Samuel Sekuritas Indonesia mengemukakan konsistensi perlambatan inflasi harga pangan membantu normalisasi efek Lebaran untuk menekan inflasi.
“Inflasi Juli 2017 anjlok ke 3,88%, di bawah perkiraan kami (3,97% YoY) serta konsensus (3,92% YoY),” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta, dalam risetnya yang diterima pagi ini, Selasa (2/8/2017).
Daya beli yang belum sepenuhnya pulih, ujarnya, juga menjaga inflasi inti tetap rendah.
Sementara itu, Bank Indonesia kembali mengoreksi ekspektasi inflasinya, yakin inflasi akhir tahun akan di bawah 4% YoY.
“Inflasi 2017 berpotensi lebih rendah dari perkiraan kami yang 4,4% YoY.”
Rangga menilai inflasi pangan semakin melunak. Inflasi pangan bulanan kembali turun dan akan terus turun hingga September 2017, sehingga berpeluang menjaga inflasi stabil mendekati kisaran 4% YoY.
“Manajemen pangan oleh pemerintah yang semakin efektif berbarengan dengan datangnya musim panen, sehingga inflasi pangan tahunan diperkirakan tetap rendah,” ujarnya.