Bisnis.com, JAKARTA- Badan Pusat Statistik melaporkan neraca perdagangan selama semester 1/2017, surplus sebesar US$7.63 miliar.
Surplus ditopang nilai ekspor yang mencapai US$79,96 miliar, sedangkan nilai impor untuk periode yang sama sebesar US$72,33 miliar.
Surplus tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2012. Pada tahun 2011 nilai surplus tersebut pernah mencapai US$15miliar.
Namun demikian bila ditinjau secara bulanan, nilai ekspor pada bulan Juni justru mengalami penurunan sebesar 18,82% dibandingkan Mei 2017 menjadi US$11,64 miliar.
Sementara itu pada periode yang sama nilai impor juga mengalami perlambatan sebesar 27,6% menjadi US$10,01 miliar, dibandingkan posisi pada bulan Mei di level US$13,76 miliar.
Hal itu menyebabkan nilai surplus pada bulan Juni hanya sebesar US$1,62miliar.
“Penurunan kinerja baik ekspor maupun impor tersebut disebabkan oleh faktor seasonal dimana aktivitas perdagangan tinggi bulan sebelum Lebaran, dan menurun pada bulan sesudahnya,” tulis HP Financials dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (18/7/2017).
Pemerintah dinilai meyakini bahwa kinerja ekspor masih akan tumbuh tinggi dibeberapa bulan kedepan sesudah faktor seasonal tadi dilewati.