Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Dia Upaya Coca-Cola Kurangi Penggunaan Plastik

Coca-Cola Indonesia menginvestasikan US$30 juta untuk memperkuat lini produksi kemasan dengan teknologi yang diklaim mampu mengurangi penggunaan plastik hingga 40% atau 800 ton per tahun.
(Ki-Ka) Triyono Prijosoesilo, Public Affairs & Communications Director Coca-Cola Indonesia, Grant McClean-Technical Manager Supply Chain Coca-Cola Amatil Indonesia, Stewart Edmed, Technical Director Coca-Cola Indonesia, dan Gabriel Soedarmini Boedi Andari, staf pengajar Fakultas Teknik Universitas Indonesia dalam acara Media Briefing Coca-Cola Memperkenalkan Teknologi Ramah Lingkungan ASSP.
(Ki-Ka) Triyono Prijosoesilo, Public Affairs & Communications Director Coca-Cola Indonesia, Grant McClean-Technical Manager Supply Chain Coca-Cola Amatil Indonesia, Stewart Edmed, Technical Director Coca-Cola Indonesia, dan Gabriel Soedarmini Boedi Andari, staf pengajar Fakultas Teknik Universitas Indonesia dalam acara Media Briefing Coca-Cola Memperkenalkan Teknologi Ramah Lingkungan ASSP.

Bisnis.com, JAKARTA—Coca-Cola Indonesia menginvestasikan US$30 juta untuk memperkuat lini produksi kemasan dengan teknologi yang diklaim mampu mengurangi penggunaan plastik hingga 40% atau 800 ton per tahun.

Lini produksi di pabrik Cikedokan, Jawa Barat ini dibangun di lahan seluas 10 hektare dengan kapasitas 188.000 botol per jam.

Pengembangan teknologi affordable small sparkling package (ASSP) yang bekerja sama dengan KHS GmbH, Jerman ini memungkinkan Coca-Cola memproduksi botol plastik berkualitas tinggi dan lebih ringan yang merupakan jenis pertama di Indonesia. Di level global, Indonesia merupakan pasar kedua setelah India. 

Grant McClean, Technical Manager Supply Chain PT Coca-Cola Amatil Indonesia, mengatakan perusahaan terus berusaha mendorong penggunaan teknologi hingga dapat mengurangi jumlah sampah plastik. Tujuannya adalah mencegah terciptanya limbah yang berlebihan dan tetap menjaga kualitas produk.

Contoh produk dari teknologi AASP sudah bisa dilihat dari berbagai produk seperti Coca Cola, Fanta, dan Sprite dengan ukuran ukuran 250 ml. Ukuran yang kecil juga dapat menekan penggunaan plastik. Botol bekas pakai dari produk Coca-Cola diklaim terserap seluruhnya untuk didaur ulang. Penggunaan polyethylene terephthalate (PET) sebagai salah satu bahan dalam kemasan membuat harga jual botol bekas menjadi lebih tinggi. 

Botol bekas pakai yang mengandung PET dijual lebih tinggi Rp2.000-Rp3.000 per kilogram oleh pengepul. Bandingkan dengan sampah plastik lain yang dijual di bawah harga Rp1.000. Hasilnya, pemulung mengincar botol PET dan perusahaan kemudian mendaur ulang.

Triyono Prijosoesilo, Public Affairs & Comunications Director Coca-Cola Indonesia, mengatakan produk berbahan PET aman digunakan walau telah berkali-kali didaur ulang. 

"Kami terus akan menciptakan solusi untuk kebaikan bersama menurunkan limbah plastik. Harga yang kami tawarkan misalnya lebih bisa dimanfaatkan oleh pemulung dan pengepul," ujar Triyono.

Sampah plastik menjadi salah satu masalah terbesar yang mengancam lingkungan. Manajemen sampah yang buruk membuat sampah plastik berakhir di laut. Studi Jenna Jambeck, peneliti dari University of Georgia yang dirilis pada 2015 menyebutkan 4,8 juta hingga 12,7 juta metrik ton sampah dari total sekitar 275 juta metrik ton (MT) sampah plastik yang diproduksi pada 2010 misalnya mencemari laut.

Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut dengan jumlah sampah mencapai 187,2 juta ton. Posisi pertama diduduki China dengan total sampah 262,9 juta ton. Filipina berada di bawah Indonesia atau di urutan ketiga dengan sampah plastik ke laut mencapai 83,4 juta ton, lalu Vietnam 55,9 juta ton, dan Sri Lanka dengan sampah yang masuk ke laut mencapai 14,6 juta ton.

Gabriel Soedarmini Boedi Andari, ahli lingkungan dari Universitas Indonesia, menilai plastik sejatinya bukan materi yang harus dimusuhi. Plastik bisa menguntungkan jika masyarakat mengerti bagaimana menggunakannya kembali.

"Kurangnya edukasi mengenai bagaimana mengelola kembali plastik menjadi kendala utama mengapa sampah plastik begitu banyak di Indonesia," ujarnya.

Dengan berbagai cara, seperti mendorong bank sampah, pengrajin plastik, memberikan penghidupan yang layak bagi petugas kebersihan, pemulung, dan pengepul, masalah melimpahnya sampah plastik dapat teratasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper