Bisnis.com, WINA -- International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA) meluncurkan proyek RESTORE+ terkait solusi restorasi hutan tropis di Indonesia, Brasil, dan Kongo.
Peluncuran program tersebut menjadi bagian dalam rangkaian acara Kickoff Workshop of the RESTORE+ Project yang berlangsung Kota Laxenburg, Austria, 18-20 April 2017. Demikian pernyataan tertulis KBRI Wina, diterima Minggu (23/4/2017).
Proyek yang didanai oleh German International Climate Initiative (ICI)/BMUB tersebut akan dimulai pada tahun ini dan berlangsung selama lima tahun ke depan.
“RESTORE+ bertujuan untuk menghasilkan data dan analisa yang dapat dimanfaatkan oleh para pembuat kebijakan di tingkat nasional untuk menyusun kebijakan yang efektif terkait penggunaan lahan secara berkesinambungan,” ujar Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Wina, Febrian A. Ruddyard, di markas IIASA di Laxenburg, Austria, (18/4/2017).
IIASA merupakan sebuah institusi sains internasional beranggotakan 24 negara yang bergerak di bidang riset terkait isu-isu lingkungan global, ekonomi, teknologi, dan perubahan sosial.
Jejaring kerja riset IIASA melibatkan lebih dari 2.500 ilmuwan dari berbagai negara serta 600 institusi mitra di dunia. Keanggotaan pada IIASA memberikan peluang bagi negara anggota untuk mengakses hasil-hasil riset dan analisa organisasi internasional tersebut yang bermanfaat untuk pengembangan kebijakan nasional.
Baca Juga
Sejak Indonesia resmi menjadi anggota IIASA pada 2012 lalu, sejumlah ilmuwan Indonesia telah berkolaborasi dengan ilmuwan IIASA dalam berbagai proyek yang berfokus pada pengelolaan lahan berkesinambungan, perubahan lahan energi, peningkatan ketahanan terhadap bencana alam, dan peningkatan kualitas udara.
Saat ini Prof. Dr. Kuntoro Mangkusubroto, mantan Menteri ESDM RI, menjabat sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia untuk IIASA.
Dalam acara tersebut turut hadir pula Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Gellwyn Jusuf yang memberikan kata sambutan.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Gellwynn Jusuf dan Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Wina Febrian A. Ruddyard (kanan)bersama Duta Besar Brasil untuk Austria Ricardo Neiva Tavares, CEO IIASA Professor Dr. Pavel Kabat, dan Wakil dari ICI/BMUB,/KBRI WinaIndonesia dan Brasil merupakan negara anggota IIASA yang memiliki kepentingan besar terkait isu pelestarian keanekaragaman hayati dan restorasi lahan, baik lahan terdegradasi maupun marjinal.
Lahan terdegradasi adalah lahan yang telah kehilangan produktivitas alamnya karena tindakan manusia. Sementara lahan marjinal adalah lahan yang memiliki keterbatasan potensi untuk digunakan bagi kepentingan agrikultur maupun kegiatan ekonomi lainnya.
“Masyarakat, termasuk para pembuat regulasi, telah menyadari betapa besar dampak degradasi lahan. Restorasi lahan di Indonesia merupakan suatu kebutuhan mutlak. Restorasi lahan dan penghijauan hutan melalui rencana pembangunan hijau tidak hanya akan meningkatkan kualitas lingkungan, namun juga akan berdampak positif terhadap kualitas hidup masyarakat di sekitar kawasan hutan,” kata World Agroforestry Center (ICRAF) Indonesia Country Coordinator, Sonya Dewi.
Wakil Direktur IIASA Bidang Layanan Ekosistem dan Program Manajemen, Florian Kraxner, yang juga menjabat kepala proyek RESTORE+ menyebutkan, upaya merestorasi lahan tropis yang telah terdegradasi akan melibatkan dua hal, yakni identifikasi lahan dan dampak restorasi terhadap lingkungan, masyarakat sekitar, siklus rantai makanan-lahan-energi, serta perekonomian secara luas.
Salah satu hasil konkret yang telah dicapai RESTORE+ adalah pemberian dokumen analisa kepada pemerintah Brasil mengenai usulan kontribusi negara itu pada perundingan Paris Agreement on Climate Change.