Bisnis.com, BANDUNG - Jawa Barat pada tahun ini mengalokasikan lahan pertanian abadi seluas 480 hektare (ha) yang dikelola 24 kelompok tani, dengan fokus untuk memacu produksi padi organik.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Diperta) Uneef Primadi mengatakan pengalokasian lahan abadi tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan produksi padi, khususnya dengan sistem organik.
"Saat ini banyak petani yang berinisiatif beralih ke tanaman padi organik, karena dinilai sangat menguntungkan dari sisi pendapatannya yang bisa dua kali lipat," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (9/6/2016).
Uneef menjelaskan pengembangan padi organik salah satunya jenis pandan wangi di Kabupaten Cianjur seluas 50 ha, karena produknya sudah dikenal luas hingga mancanegara.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi padi pandan wangi harus terus dilakukan inovasi agar hasilnya semakin berkualitas dan semakin besar. "Hingga 2019 kami akan terus memacu budi daya padi organik jenis pandan wangi."
Dia mengungkapkan, Jabar adalah provinsi pertama dan terdepan yang menumbuhkembangkan teknik budi daya padi organik dengan pola pengendalian hama terpadu (PHT) di tingkat nasional sampai dengan tahun 2000.
Selanjutnya pada 2003-2008, PHT masuk rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) dalam bentuk kegiatan pengembangan desa di 16 kabupaten di Jabar. Dalam pelaksanaannya pada 2010 Jabar mencanangkan go organic di Kabupaten Tasikmalaya.
"Go organic merupakan salah satu langkah mendorong pola pertanian yang mengoptimalkan kembali struktur tanah serta pola hidup sehat masyarakat di Jabar melalui produk organik," ungkapnya.
Dia menyebutkan pengembangan pertanian organik terus dilakukan hingga saat ini antara lain dengan metode system of rice intensification, pengelolaan tanaman terpadu, serta sistem integrasi padi ternak (SIPT).
Perkembangan luas tanam padi organik di Jabar dari 2006-2012 mencapai 46.094 hektare (ha) dengan perkiraan produksi pada 2012 seluas 210.900 ha. Sementara itu, kalangan petani di Kota Tasikmalaya meminta pemerintah setempat maupun provinsi terus memacu produksi padi organik.
Ketua Forum Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tasikmalaya Yuyun Suhud menyatakan saat ini wilayahnya menjadi salah satu sentra terbesar produksi padi organik di Jabar.
Namun, pengembangan padi organik masih terkendala dengan berbagai persoalan, salah satunya minat petani yang dibenturkan dengan permodalan. "Tasik merupakan daerah percontohan penghasil padi organik. Tapi hal ini belum ditunjang dengan modal yang memadai," ujarnya.
Dia menyebutkan, luas lahan penghasil padi organik di Kota Tasikmalaya mencapai 260 hektare (ha). Daya tarik padi organik adalah harganya bisa tiga kali lipat dari harga beras biasa.
"Pasar beras organik saat ini mayoritas masih diekspor karena daya beli masyarakat domestik masih relatif rendah," ungkapnya.