Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (persero) menunjuk Rosneft, perusahaan minyak dan gas asal Rusia untuk membangun Kilang Tuban.
Dalam pertemuan Chairman of the Management Board Rosneft Igor Sechin dengan Presiden RI Joko Widodo yang didampingi oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, disimpulkan Indonesia dan Rusia akan bekerja sama di sektor pengolahan.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, finalisasi rencana kerja sama kedua perusahaan telah dilakukan selama kunjungan delegasi Indonesia ke Rusia.
Menurutnya, kedua perusahaan telah sepakat untuk menandatangani framework agreement untuk kerja sama keduanya di Jakarta.
Kerja sama Pertamina dan Rosneft mencakup rencana pembangunan kilang baru di Tuban. Adapun, dalam proyek tersebut Pertamina menjadi pemegang saham mayoritas. Selain Rosneft, perusahaan lain yang sempat muncul menjadi pesaing adalah Saudi Aramco, Sinopec, perusahaan asal China, Kuwait Petroleum International dan konsorsium PTT Thailand dan Thai Oil.
Selain itu, Pertamina juga berkesempatan masuk ke dalam aset-aset hulu migas Rosneft di Rusia.
"Finalisasi sudah dilakukan dan diharapkan pekan depan penandatanganan rencana kerjasama Pertamina dan Rosneft dilaksanakan di Jakarta," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Jumat (20/5/2016).
Saat ini, tangki milik BUMN dan kontraktor kontak kerja sama (KKKS) berkontribusi memberi tambahan 3,58 hari; tangki yang segera beroperasi berkontribusi menyimpan 6,56 hari dan bila dimungkinkan membangun tangki baru, akan ada tambahan kapasitas penyimpanan hingga 19,86 hari.
Sebagai gambaran, kilang yang ada saat ini menampung 1,6 juta barel minyak mentah yang berasal dari 850.000 barel di kilang eksisting dan 750.000 barel dari revitalisasi empat kilang program Refining Development Masterplan Program (RDMP). Kilang milik Pertamina ini pun masih kekurangan kapasitas 1 juta barel.