Bisnis.com, JAKARTA – Kendati panen raya tengah berlangsung, harga gabah kering giling (GKG), gabah kering panen (GKP), bahkan harga beras masih terdeteksi berada baik di atas harga pembelian pemerintah (HPP).
Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog Djarot Kusumayakti menyampaikan berdasarkan pantauan lembaga tersebut, secara umum harga beras termurah bahkan masih di atas harga HPP dengan selisih yang cukup lebar.
“Kondisi ini menyebabkan kami harus mencari titik-titik yang tidak terjamah oleh tengkulak. Memang sering disampaikan kami diminta serap paling tidak 20-30 hektare dari 100 hektare panen, tapi kondisi di lapangannya memang tidak terjangkau,” ungkap Djarot dalam RDP dengan Komisi IV DPR RI, Senin (18/4/2016).
Djarot mengatakan untuk dapat menggenjot penyerapan lembaga tersebut terus mengintensifkan kerjasama penggalian informasi untuk mendeteksi di lokasi mana saja harga gabah petani yang mengalami penurunan hingga ke bawah HPP.
Kerja sama dilakukan baik dengan kelompok tani maupun lembaga terkait seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), sehingga serapan gabah dapat langsung dilakukan.
Dari catatan Bulog, per 17 April lalu, serapan Bulog yaitu sebanyak 1 juta ton gabah atau setara 497.000 ton beras. Sebagai perbandingan, dalam RKAP tahun ini Bulog menargetkan serapan beras hingga 3,9 juta ton.
Berdasarkan Inpres nomor 5 tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, HPP GKP, GKG, dan Beras masing-masing yaitu Rp3.700, Rp4.600, dan Rp7.300. Saat ini, harga beras termurah di tingkat penggilingan berada di kisaran Rp8.000-Rp9.000.
“Saya menargetkan penyerapan beras 2,7 juta ton sampai Juni ini atau selama musim panen sehingga target 3,9 itu dapat di-manage dengan baik penyerapannya hingga akhir tahun. Sekarang serapan beras per hari sekitar 21.000 ton,” jelas Djarot.
Sementara itu, Kementerian Pertanian terus mendesak Bulog untuk dapat segera menyerap gabah petani karena potensi harga gabah yang dapat terus menurun saat panen raya. Belum lama ini, Kementan bahkan membentuk Tim Serap Gabah (Sergab).
Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pertanian, Suwandi menyampaikan selama Maret-Mei 2016, protensi produksi GKG mencapai 30,9 juta ton atau setar 19,5 ton beras.
Dengan konsumsi selama 3 bulan tersebut yaitu 7,98 juta ton, maka akan ada surplus beras sebesar 11,52 juta ton. “Jangan sampai kejadian yang terjadi Maret-April 2015 terulang lagi. Inibaru mulaipanen, harga gabah sudah turun,” kata Suwandi.
Menurut catatannya, realisasi Sergab pada 16 April 2016 sebesar 1.064.302 ton GKP atau setara dengan 490.034 ton beras. Sergab ini jauh lebih tinggi dibandingkan minggu II atau 17 April 2015 yang hanya sebesar 145.136 ton GKP atau setara 73.729 ton beras.
Suwandi menyampaikan Kementan member perhatian penuh pada kinerja Bulog dalam melakukan penyerapan gabah dan beras petani. Penyerapan langsung ke petani diharapkan dapat terus dilakukan untuk dapat memangkas rantai pasok yang terlampau panjang.