Bisnis.com, JAKARTA— Minat China akan properti di Australia sepertinya belum memudar setelah para investor menggandakan investasi mereka di sektor perumahan dan gedung kantor di negara tersebut dalam dua tahun berturut-turut.
Berdasarkan laporan tahunan yang dirilis Foreign Investment Review Board (Badan Penanaman Modal Asing Australia) pembelian perumahan dan real estate komersial di Australia meningkat menjadi A$24,3 miliar (US$18,4 miliar) dalam 12 bulan hingga Juni 2015, naik dari A$12,4 miliar pada tahun sebelumnya dan A$5,9 miliar pada 2013.
Berdasarkan survei yang diadakan oleh KPMG dan University of Sydney, semua investor China berniat meningkatkan investasinya di Australia. Real estate di Austalia menjadi pemicu banyakanya uang masuk negara tersebut dari China yang tahun lalu menyalip Amerika Serikat sebagai investor asing tersesar di Australia.
“Secara keseluruhan, kami melihat potensi investasi yang kuat dari China untuk perekonomian Australia yang sejalan dengan orientasi produk premium, jasa, dan gaya hidup,” ujar Doug Ferguso, Kepala KPMG Australia’s Asia and International Market, yang juga asisten penulis laporan tersebut dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (11/4/2016).
Pembelian oleh warga asing, yang kebanyakan berhubungan dengan China, mendorong meroketnya harga properti di kota-kota di Australia dengan kenaikan hampir mencapai 55% dalam tujuh tahun terakhir. Belum lagi, menurunnya suku bunga KPR ke posisi terendah dalam lima tahun terakhir menjadi faktor lain.
Tingginya permintaan yang memicu kekhawatiran masyarakat mengenai kemampuan penduduk lokal untuk membeli properti pad akhirnya mendorong pemerintah setempat untuk memperketat pengawasan investasi asing.