Bisnis.com, JAKARTA -- Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mengkritik inisiatif restorasi lahan berbasis bentangan alam yang dilakukan oleh sektor swasta karena dilakukan di luar area konsesi mereka yang selama ini memiliki titik api.
Hal itu terkait dengan berlangsungnya The Global Landscape Forum dalam salah satu acara dalam KTT Perubahan Iklim di Paris, Prancis. Walhi menyatakan sedikitnya terdapat lima provinsi yang melakukan restorasi lahan yakni Sumatra Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
Musri Nauli, Direktur Eksekutif Walhi Jambi, menuturkan pendekatan bentangan alam dalam pemulihan lahan itu dilakukan di luar area konsesi korporasi yang rusak atau terbakar. "Merusak di tempat lain, merestorasi di tempat lainnya," kata Musri dalam rilisnya, Selasa (8/12/2015).
Dia menuturkan inisiatif itu juga diduga terkait dengan upaya perusahaan untuk menguasai lahan atas nama restorasi. Pada akhirnya, perusahaan juga akan menjadi lahan itu ke dalam bank tanah mereka.
Kurniawan Sabar, aktivis Walhi Nasional, menuturkan komitmen nol deforestasi yang dikampanyekan oleh perusahaan justru belum terbukti. Hal itu, sambungnya, karena masih ditemukannya banyak titik api dalam konsesi perusahaan.
"Korporasi yang selama ini terbukti gagal, sesungguhnya tidak lagi kredibel untuk bicara penanganan perubahan iklim," tegasnya.