Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diklaim Menguntungkan, RI Diminta Fokus ke Sektor Perawatan Pesawat

Pemerintah Indonesia diharapkan dapat fokus dalam mengembangkan industri MRO (Maintanance, Repair, and Overhaul) atau perbaikan dan perawatan pesawat karena bakal membawa beragam keuntungan bagi Indonesia.

Bisnis.com, DUBAI - Pemerintah Indonesia diharapkan dapat fokus dalam mengembangkan industri "MRO" (Maintanance, Repair, and Overhaul) atau perbaikan dan perawatan pesawat karena bakal membawa beragam keuntungan bagi Indonesia.

"Ada lima manfaat atau keuntungan bagi Indonesia bila industri MRO nasional berkembang," kata CEO GMF AeroAsia Richard Budihadianto di sela-sela persiapan perusahaan perawatan pesawat nasional yang merupakan anak perusahaan Garuda Indonesia itu dalam mengikuti "Dubai Airshow 2015", Minggu (8/11/2015).

Menurut Richard, lima keuntungan itu antara lain adalah meningkatkan tingkat "safety" (keamanan) penerbangan, membantu meringankan beban perekonomian maskapai nasional karena perawatan dilakukan di dalam negeri, serta menyelamatkan devisa agar tidak keluar.

Selain itu, ujar dia, manfaat lainnya, adalah menambah lapangan pekerjaan secara berlipat karena industri MRO memiliki banyak industri ikutan, serta bila maskapai asing bertambah masuk untuk merawat pesawatnya di Indonesia, maka devisa negara juga dipastikan bertambah.

Untuk itu, ia mengemukakan bahwa sejumlah tantangan yang dihadapi yang harus diatasi antara lain adalah agar bea masuk suku cadang penerbangan pesawat dapat dinolkan, serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk industri MRO juga dapat ditingkatkan.

"Kami telah meminta pemerintah untuk membantu seperti melalui kerja sama beasiswa pendidikan," kata Richard.

GMF AeroAsia, lanjutnya, merekrut tenaga kerja hingga sekitar 400 orang per tahun, dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah itu akan mencapai sekitar 7.000 orang per tahun.

Sebagaimana diberitakan, nilai perawatan pesawat di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai US$900 juta dolar AS, naik dibandingkan pada 2014 yakni US$850 juta. Pada 2020 angkanya diprediksi mencapai US$2 miliar.

"Kemampuan Industri Perbaikan dan Perawatan Pesawat atau Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) harus bisa menyerap ini, karena saat ini MRO di Indonesia baru bisa menyerap 30 persen dari nilai tersebut," papar Richard yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Perawatan Pesawat Indonesia atau Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA).

Menurut dia, kebutuhan mendesak industri ini adalah pembangunan Aerospace Park, di mana seluruh aktivitas yang mendukung aviasi nasional bisa tersedia di kawasan tersebut, mulai dari pelatihan, suku cadang, perbengkelan dan permesinan.

"Rencananya akan dibangun di Bintan, karena kami butuh tempat yang dekat dengan Singapura, karena Singapura menjadi pusat aviasi di Asia saat ini, semua pabrikan ada di sana," tutur Richard.

Dengan demikian, tambahnya, kawasan tersebut akan lebih mudah mendapatkan berbagai komponen pesawat yang belum tersedia di dalam negeri.

Richard mengatakan, pembangunan Aerospace Park tersebut membutuhkan waktu sekitar dua tahun, yang akan mempekerjakan masyarakat Indonesia sebesar 95% dan 5% merupakan ahli dari negara-negara luar negeri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper