Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebut pelaku dunia usaha di Indonesia latah.
Hal itu disebutnya bukan tanpa alasan. Dia menuturkan pada tahun 1988, terdapat kesepakatan tentang industri perbankan di Tanah Air.
Kesepakatan tersebut menyebabkan orang berbondong-bondong membuka bank.
Semua grup perusahaan di Indonesia baik yang memahami sektor keuangan maupun tidak berlomba-lomba membuka bank.
"Waktu itu ada kesan, kalau belum buka bank belum jadi pengusaha," ujarnya di Jakarta, Jumat (16/10/2015).
Banyak bank yang ada di Indonesia pada saat itu berdampak pada krisis keuangan yang terjadi pada 1998.
Banyak bank yang terlalu cepat bertumbuh dan tidak diawasi serta dimanage dengan baik mengalami kolaps saat krisis terjadi.
"Begitu banyak bank yang kolaps pada waktu itu karena bnk yang tidak dibangun sesuatu kekuatan yang memadai," kata Bambang.
Sifat latah dunia usaha tersebut tidak hanya terjadi pada sektor perbankan saja, namun terjadi pada saat sedang booming batubara dan sawit.
Saat boomin batubara dan sawit, semua orang yang tadinya memiliki usaha minyak, berbondong-bondong pindah membuka usaha batu bara.
"Ngurus pabrik pindah batubara, pokoknya kalau belom punya konsensi batubara di Kalimantan dan Sumatera rasanya belum jadi pengusaha, sehingga semua orang ke batubara. Kalau lebih menguasai perkebunannya, ya sawit," ucapnya.
Bambang menyinggung bencana kebakaran hutan yang kerap terjadi setiap tahun tersebut terjadi karena industri sawit digemari oleh kalangan dunia usaha.
Menurutnya, berkecimpung di industri sawit ini tidak mudah, syaratnya harus memiliki tanah yang siap ditanami pohon sawit.
Tidak banyak, tanah di Indonesia bisa ditanami sawit. Hanya tanah yang berada di khatulistiwa seperti Sumatera dan Kalimantan saja yang bisa ditanami sawit.
"Itu enggak mudah, tanah Sumatera dan Kalimanatan itu enggak gampang dicari tanahnya karena tanahnya sudah berbentuk hutan. Cara paling cepat orang yang enggak berpikir bisnis dan tidak berpikir lainnya, ya mulai main kasar dengan bakar kecil-kecilaan dan penyakit berkepanjangan sehingga menjadi bencana nasional seperti sekarang ini," tuturnya. .
Bambang juga memberikan contoh lain, dunia usaha Indonesia yang latah yakni industri air lines. Industri air lines pernah digandrungi para pengusaha karena saat itu penerbangan dengan biaya murah sedang menjadi tren dan tengah booming.
Hal itu membuat semua orang punya air lines dan jumlah air lines saat itu mendadak banyak.
"Dari tadinya punya tiket pesawat bisa punya air lines. Yang tadinya pedaganag pada punya air lines," ujarnya.
Industri air lines ini memiliki aturan sangat ketat karena terkait dengan safety. Namun, sangat kondisi ekonomi tengah sulit, tidak banyak air lines yang mampu berahan.
"Tapi sebelum air lines sedikit seperti sekarang, saya yakin Anda inget nama air lines yang udah enggak ada lagi," katanya.
Bambang khawatir dengan kondisi dunia usaha di Indonesia karena pengusaha Indonesia latah hanya mengikuti apa yang
Menurutnya, kondisi ini menjadi warning bahwa dunia usaha Indonesia harus diarahkan dengan baik supaya tidak latah dan tidak hanya ikut-ikutan saja.