Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha otobus di Tanah Air meminta pemerintah memperbaiki kualitas bahan bakar minyak jenis Solar ketimbang mewacanakan penyesuaian harga BBM.
Kurnia Lesani Adnan, Ketua Ikatan Pengusaha Muda Otobus Indonesia, mengatakan naiknya standar emisi gas buang kendaraan belum didukung dengan kualitas Solar di Indonesia.
Menurutnya, kandungan sulfur yang tinggi pada Solar telah menurunkan tingkat usia komponen mesin kendaraan.
Dia menyebutkan komponen mesin yang memiliki rentang usia lima tahun, kini selama dua tahun komponen mesin bekerja sudah harus diperbaiki atau diganti.
Seperti diketahui, pada awal tahun delegasi Kamar Dagang dan Industri Eropa (EuroCharm) pernah melobi Pemerintah Indonesia agar menaikkan standar emisi gas buang kendaraan menjadi Euro 4.
"Life time engine jadi turun, kalau di luar kan ada istilah Euro sehingga emisi gas buangnya akan baik kalau Solar baik," ucapnya, Selasa (6/10/2015).
Komponen mesin, paparnya, memerlukan biaya perawatan tak kurang dari Rp72 juta untuk enam injector pada tiap unit bus. Sementara itu, kebutuhan perbaikan pompa Solar pada komponen mesin merogoh kocek sebesar Rp10 juta-Rp15 juta untuk perbaikan.
Selain itu, pembelian baru pompa Solar baru untuk mengganti yang rusak berkisar Rp20 juta-Rp30 juta.
Dia menuturkan penyesuaian harga BBM yang diwacanakan pemerintah tidak bakal berpengaruh banyak pada keberlangsungan industri transportasi umum seperti bus antarkota antarprovinsi.
Biaya langsung yang dikeluarkan oleh pengusaha otobus, jelasnya, tidak sekadar pengeluaran BBM yang hanya berpengaruh kurang dari 10% pada tarif.
Kurnia yang juga Direktur Utama PO Siliwangi Antar Nusa (SAN) ini mengatakan biaya langsung yang mesti dikeluarkan termasuk untuk biaya operasional dan pembelian suku cadang yang bergantung pada nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah.
Lebih lanjut, dia menerangkan biaya tidak langsung yang menjadi pengeluaran rutin antara lain gaji karyawan dan manajemen perusahaan.