Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Persepatuan Alihkan Pasar Produk ke Ekspor

Industri alas kaki mengalihkan hasil produksi untuk porsi domestik ke pasar ekspor guna menyikapi kelesuan yang terjadi dalam pasar nasional.
Alas Kaki/Antara
Alas Kaki/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Industri alas kaki mengalihkan hasil produksi untuk porsi domestik ke pasar ekspor guna menyikapi kelesuan yang terjadi dalam pasar nasional.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan bahwa penjualan sepatu di pasar lokal turun di kisaran 15%-20%. Meskipun tidak bisa sepenuhnya mengalihkan porsi tersebut ke pasar ekspor, dia meyakini langkah tersebut bisa menjaga agar kapasitas produksi dalam negerti tidak menurun drastis.

“Penurunan produksi tetap ada karena pengalihan pasar tidak bisa semerta-merta dilemparkan, butuh waktu,” ujarnya, Rabu (16/9/2015).

Dia mengatakan bahwa sepanjang periode Januari-April 2015 industri alas kaki sudah banyak menurunkan produksi hingga 20% serta mengurangi tenaga kerja. Selain itu, momentum lebaran pada Juli silam juga tak mampu mengerek penjualan.

“Akibatnya ada kelebihan stok yang besar di tiap-tiap pemegang merek sepatu. Jadi untuk sementara mereka tidak produksi untuk lokal karena menghabiskan stok yang ada. Jadi fokus ke ekspor saja,” paparnya.

Saat ini, Indonesia menempati posisi keenam sebagai produsen alas kaki dunia setelah China, Amerika Serikat, India, Brazil dan Jepang, dengan pangsa pasar sebesar 3,6%. Eddy mengatakan pangsa tersebut bisa ditingkatkan hingga 4%.

“Kalau mau ditingkatkan itu tidak sulit karena memang order itu ada terus. Tinggal kita yang tentukan, mau lokal atau ekspor. Mumpung sekarang kondisinya seperti ini, ya kami lebih memilih ekspor,” jelasnya.

Dia menjelaskan penambahan tersebut tetap menyasar pasar yang sama dengan sebelumnya, hanya saja volumenya ditambah. Menurutnya, raihan tahun ini akan stagnan dengan tahun lalu yaitu di kisaran US$4,5 miliar. Adapun kapasitas produksi juga  diperkirakan stagnan akibat pelaku industri yang masih menunggu adanya perbaikan.

Adapun kebutuhan alas kaki dalam negeri berkisar 60 juta pasang per tahun, dengan porsi produk lokal dan impor 50%-50%.

Untuk memperbaiki kinerja industri, Eddy mengatakan bahwa pelaku usaha khususnya untuk industri padat karya, diperlukan kepastian terkait upah minimum regional (UMR). “Kalau UMR tetap bisa sama atau kenaikannya bisa diprediksi, mestinya industri sepatu itu berkembang terus,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Shahnaz Yusuf
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper