Bisnis.com, MEDAN - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatra Utara mencatat sepanjang semester I/2015 kinerja nilai ekspor pertanian kembali merosot yakni 28,45% atau hanya mencapai US$1,84 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu US$2,58 miliar.
Adapun, dari sisi volume juga menurun 13,12% menjadi 2,42 juta ton dari 2,78 juta ton.
Kepala Seksi Hasil Ekspor Pertanian dan Pertambangan Disperindag Sumut Fitra Kurnia mengatakan penurunan tersebut terutama disebabkan oleh melorotnya ekspor dua komoditas utama yakni karet dan CPO.
Disperindag Sumut mencatat, nilai ekspor CPO merosot 30,43% menjadi hanya US$1,27 miliar dari US$1,82 miliar pada semester I/2014. Dari sisi volume, ekspor juga menurun menjadi 2,16 juta ton dari 2,48 juta ton.
Sementara itu, nilai ekspor karet anjlok 54,67% menjadi US$101,38 juta dari US$223,67 juta. Dari sisi volume melorot menjadi 100.825 ton dari 108.750 ton.
"Masih akibat pengaruh perlambatan ekonomi global, terutama Tiongkok. Permintaan mereka terutama untuk karet menjadi berkurang. Namun, dari sisi internal, produksi kita juga ikut melambat, belum lagi kena dampak cuaca," tutur Fitra, Rabu (29/7/2015).
Fitra memaparkan pasar utama ekspor CPO Sumut yakni TIongkok, Pakistan, Bangladesh, Amerika Serikat dan Belanda. Sementara itu, pasar utama ekspor karet yakni Tiongkok, India, Jerman, AS, dan Argentina.
Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Disperindag Sumut, dari total 15 komoditas ekspor pertanian, hanya enam komoditas yang mengalami pertumbuhan nilai, sementara sembilan lainnya menurun. Selain karet dan CPO, komoditas lain yang mengalami penurunan yakni biji coklat, teh hita,. hortikultura, kopi robusta, minyak atsiri, ikan, udang, dan minyak kelapa.
Sementara itu, komoditas yang mengalami pertumbuhan nilai ekspor yakni paha kodok, biji pinang, labi-labi dan kura-kura, hasil hutan bukan kayu, rempah-rempah serta arabika dan kopi instan.