Bisnis.com, JAKARTA--Murphy Oil Corporation telah menjual kepemilikan sahamnya di Blok Semai IV dan Blok Wokam II yang statusnya masih baru kepada anak perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, yakni PT Saka Energi Indonesia.
Hal itu diungkapkan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro.
Menurut Elan saat ini kedua perusahaan masih dalam proses transfer saham. Dia menambahkan proses pengambil alihan kedua blok tersebut akan dilakukan secara business to business (b to b).
Dengan demikian, Elan tidak dapat memastikan kapan peralihan tersebut akan selesai serta berapa jumlah saham yang akan dimiliki Saka Energi.
"Belum tahu [porsi saham]. Proses transfernya masih. Setelah hand over baru lapor SKK Migas," tutur Elan di Jakarta, Kamis (9/7) malam.
Selama berinvestasi di Indonesia ada empat blok migas yang dikelola Murphy. Selain Blok Semai IV dan Wokam II dua lainnya adalah Blok South Barito di Kalimantan Selatan dan Blok Semai II di Papua Barat. Status keduanya kini dalam proses pengembalian ke negara.
Padahal, dua blok itu sudah beroperasi dan sudah dijalankan komitmen investasinya.
"Semai II komitmennya sudah penuh, melakukan pengeboran dengan rekor sumur termahal di Indonesia. Sementara South Barito ada pengeboran yang belum penuh, tapi dia bersedia membayar. Tapi masih bingung kalau komitmen tidak dipenuhi membayar ke mana," ujar Elan.
Hingga saat ini proses pengembalian kedua blok tersebut sebenarnya telah memakan waktu kurang lebih 10 bulan.
Namun, Murphy masih mempertimbangkan untuk mempertahankan Blok Semai II.
"Masih mempertimbangkan akan terus atau tidak. Akhirnya keputusan di pusat adalah melepas," tambah Elan.
Elan menambahkan proses pengembalian blok kepada pemerintah harus melalui proses verifikasi data seismik.
Pihaknya belum dapat memastikan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses pengembalian kedua blok tersebut termasuk verifikasi datanya kepada pemerintah.
"Ya kurang lebih setahun lah," katanya.
Perusahaan tersebut angkat kaki lantaran tidak menemukan cadangan migas yang ekonomis.
Bahkan, menurut Elan, terdapat blok yang tidak terbukti cadangan migasnya.
Namun Elan tidak memungkiri suatu saat perusahaan akan kembali berinvestasi di Indonesia jika telah menemukan cadangan yang tepat.