Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUPIAH MELEMAH: Harga Makanan Olahan Berpotensi Naik Hingga 10%

Pelemahan nilai tukar rupiah ditambah ketergantungan terhadap impor mendorong biaya produksi makanan dan minuman olahan naik. Kenaikan harga jual produk akibat kondisi ini bisa mencapai 10%.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah ditambah ketergantungan terhadap impor mendorong biaya produksi makanan dan minuman olahan naik. Kenaikan harga jual produk akibat kondisi ini bisa mencapai 10%.

Kendatipun ada lonjakan harga yang berpeluang menekan penjualan tetapi omzet pada tahun ini diyakini tetap menyentuh Rp1.000 triliun. Pada tahun depan diperkirakan meningkat jadi Rp1.070 triliun, selama 2013 nilainya hanya Rp940 triliun.

"Beberapa sektor menaikkan harga karena marjin tipis, seperti industri susu karena pelemahan kurs," ucap Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman, Kamis (30/10/2014).

Guna mengurangi impor bahan baku, investasi yang masuk ke depan diharapkan lebih banyak masuk ke sektor hulu dan perantara industri mamin. Pemodal yang agresif membenamkan kapital di Indonesia mayoritas berasal dari Jepang dan Korea Selatan.

Baru-baru ini masuk rencana menanam modal sekitar US$30 juta – US$40 juta dari korporasi asal Negeri Gingseng. Investor bersangkutan hendak membangun pabrik di industri perantara yang berbahan dasar jagung. Produksi nantinya dapat diserap hilir seperti produsen biskuit dan bihun.

Investasi seperti itu ke depan dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku di sektor hilir. Selain itu juga menciptakan nilai tambah lebih tinggi di dalam negeri. Bahan perantara berbasis jagung, misalnya, selama ini banyak diimpor dari Amerika Serikat dan China.

Adhi mengaku tak bisa memberikan persentase rerata impor bahan baku dan penunjang di industri mamin. Sektor ini terdiri dari produk-produk yang spesifik dan memiliki karakter berbeda satu sama lain. Dia hanya mencontohkan untuk porsi impor dalam produk jus dan konsentrat sedikitnya 60%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper