Bisnis.com, JAKARTA --Ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) Soenoto berpendapat Indonesia harus berani membidik target ekspor yang tinggi jika tidak ingin terus-terusan disalip oleh negara lain. Dengan target pemerintah yang hanya 5%, Indonesia akan terus tertinggal dari China dan Malaysia.
Dia menjelaskan dari pangsa pasar ekspor mebel dunia senilai US$155 miliar, China mendominasi US$52 miliar di antaranya, disusul Vietnam US$5,3 miliar, dan Malaysia US$2,3 miliar. Adapun Indonesia hanya meraup US$1,8 miliar.
Menurutnya, AMKRI optimistis RI dapat mencapai ekspor mebel senilai US$5 miliar dalam 4 tahun, hanya bila pemerintah berani mematok target pertumbuhan hingga 20% per tahun. Dia menilai target itu tidak mustahil, mengingat potensi Indonesia begitu besar.
“Dar segi bahan baku, tenaga kerja terampil juga tidak kurang, desain kita juga tidak kalah. Sejalan dengan semakin kondusifnya iklim usaha di Indonesia, industri ini terus mengalami pertumbuhan positif. BPS mencatat pertumbuhan industri mebel pada semester I/2014 saja mencapai 1,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” katanya Selasa (15/7/2014).
Menurut Soenoto, yang harus dibenahi bukan sekadar masalah pemenuhan bahan baku, tapi lebih pada dukungan dan strategi promosi yang optimal dari pemerintah. “Buktinya, Vietnam dan Malaysia yang tidak punya bahan baku saja bisa mengalahkan Indonesia.”
AMKRI mencatat nilai ekspor mebel RI tahun lalu mencapai US$1,8 miliar, menempati posisi ke-18 terbesar di dunia. Sementara itu, nilai ekspor barang kerajinan menembus US$800 juta.
Ekspor mebel kayu mencapai US$1,2 miliar, mebel rotan US$262,5 miliar, mebel bambu US$1,8 juta, mebel berbahan metal US$43,7 juta, mebel berbahan plastik US$49,7 juta, dan produk furnitur lainnya US$311 juta.