Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tamaman Kakao tak Terawat, Petani Kurang Pembinaan

National Reference Group (NRG) on Kakao Jawa Barat meminta pemerintah tidak berwacana untuk menggenjot pembinaan terhadap petani guna mendongkrak produksi kakao di kawasan itu.
Petani menjemur biji kakao/Antara
Petani menjemur biji kakao/Antara

Bisnis.com, BANDUNG—National Reference Group (NRG) on Kakao Jawa Barat meminta pemerintah tidak berwacana untuk menggenjot pembinaan terhadap petani guna mendongkrak produksi kakao di kawasan itu.

Koordinator NRG on Kakao Jabar Iyus Supriatna menilai perilaku petani kurang merawat tanaman kakao akibat kurangnya pembinaan dari pemerintah.

Kondisi ini memicu turunnya produksi kakao akibat merosotnya produktivitas kakao yang dipicu usia tanaman sudah tua.

Dia menyebutkan saat ini produktivitas kakao hanya mencapai 500 kilogram pe hektare per tahun. Padahal, sebelumnya produktivitas mampu mencapai 1-1,5 ton per ha per tahun.

“Salah satu pemicu turunnya produktivitas karena kurangnya pembinaan dari pemerintah, sehingga membuat petani malas untuk merawat tanaman mereka,” katanya kepada Bisnis, Selasa (18/2/2014).

Sejak lima tahun terakhir pembinaan terhadap petani kakao di Jabar sangat kurang, sehingga membuat produktivitas kakao anjlok, bahkan tak sedikit petani yang beralih ke tanaman karet karena dianggap lebih menguntungkan.

Tak hanya itu, kondisi ini memicu pemerintah berniat mencabut impor bea masuk impor kakao sebesar 5% guna memenuhi sektor hilir.

“Memang hal ini bagus dilakukan pemerintah, namun hal ini harus sebanding dengan penguatan produksi dalam negeri agar mampu berdaya saing.”

Dia mengungkapkan pada tahun 1998 pemerintah sangat intensif melakukan pembinaan terhadap petani kakao di Jabar, terutama di Ciamis sebagai sentra produksi terbesar.

Pada saat itu, pemerintah menyebar bibit unggul kakao untuk di lahan seluas 36.000 hektare. Baru pada tahun 2003 para petani bisa memanen kakao dengan harga yang cukup mahal.

“Bahkan jumlah lahan kakao bertambah menjadi 70.000 ha hasil dari swadaya petani sehingga produksi begitu meningkat tajam. Sebaliknya, lahan yang tadinya tergarap menjadi terbengkalai karena kurangnya pembinaan dari pemerintah,” ujarnya.

Pihaknya meminta mulai sekarang pemerintah harus terjun langsung ke tingkat petani untuk melakukan pembinaan dengan cara pemberian bibit unggul, penyuluhan secara berkelanjutan, serta pemberian transfer teknologi.

Dia menyebutkan harga kakao di dunia saat ini relatif besar di kisaran 3US$ per kilogram hingga 5US$ per kilogram, bahkan kualitas biji kakao Indonesia terbaik ketiga dunia di bawah Pantai Gading dan Ghana.”

Wakil Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Jawa Barat Warino Ma’ruf Abdulloh mengatakan sekitar 90% perkebunan kakao milik rakyat sudah tua sehingga perlu peremajaan.

Kondisi ini memicu para petani enggan kembali memproduksi kakao dan beralih ke komoditas lain seperti karet.

“Pembinaan pemerintah terhadap petani kakao saat ini jarang, sehingga wajar jika banyak petani yang beralih ke komoditas lain karena dianggap lebih menguntungkan,” katanya.

Warino mengakui saat ini pasar biji kakao sangat potensial karena mulai banyak pabrik yang dibangun di kawasan Jabar, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Namun kendala yang dihadapi petani tidak bisa dipecahkan akibat keterbatasan pengetahuan atau modal.

Pihaknya mengharapkan pemerintah bisa memberikan dukungan teknologi agar petani mudah menanam pohon dan mengolah buah, sehingga bisa meningkatkan produktivitas.

"Kami meminta pemerintah bukan hanya sekadar menggulirkan program yang sifatnya wacana. Namun perlu ada langkah riil dari pemerintah kepada petani untuk  melakukan transfer teknologi," katanya. (
Wandrik Panca Adiguna)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper