Bisnis.com, MAKASSAR--Rendahnya pertumbuhan nilai tukar petani (NTP) di Sulawesi Selatan dinilai Bank Indonesia sebagai cermin kesejahteraan sektor unggulan di provinsi ini belum membaik.
Data Badan Pusat Statistik, nilai pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II/2013 meningkat 0,22% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada triwulan sebelumnya (0,56%).
Menurut BI dalam laporan 3 bulanan, perkembangan NTP tersebut sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian, yang terkontraksi sebesar 0,9% (yoy) dibandingkan dengan 3 bulan sebelumnya (1,2%).
NTP subsektor padi dan palawija justru turun -1,07% (yoy). NTP subsektor hortikultura naik (1,46%), Subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,89%), subsektor peternakan (0,61%) dan subsektor perikanan (0,04%).
"Beban petani semakin besar dengan lebih tingginya porsi biaya pengeluaran dibandingkan pendapatan yang diterima," ungkap BI Wilayah I Sulampua (Sulawesi, Maluku, Papua) dalam Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulsel TW II/2013.
Perkembangan harga yang diterima petani relatif tertahan, pasca koreksi ke bawah harga komoditas hortikultura dan masuknya panen raya beras pada triwulan laporan. Di sisi lain, lanjut BI, kenaikan harga BBM bersubsidi ikut mendongkrak tingkat harga yang harus dibayarkan oleh petani.
Indeks yang dibayar petani menunjukkan pertumbuhan yang sedikit meningkat, meskipun tetap lebih rendah dibandingkan peningkatan Indeks yang diterima petani.