Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOMODITAS CPO: Ekspor Turun Sejak Januari

BISNIS.COM, JAKARTA  –  Ekspor minyak kelapa sawit terus menurun selama 3 bulan terakhir karena produksi yang masih rendah dan volatilitas harga yang tinggi di pasar internasional.

BISNIS.COM, JAKARTA  –  Ekspor minyak kelapa sawit terus menurun selama 3 bulan terakhir karena produksi yang masih rendah dan volatilitas harga yang tinggi di pasar internasional.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor CPO dan turunannya pada Januari masih cukup tinggi, yakni 2,05 juta ton, lalu menurun menjadi 1,92 juta ton pada Februari, dan terus menyusut menjadi 1,7 juta ton pada Maret.

Pada CPO pada Februari sempat merangkak naik ke kisaran US$835-885 per ton setelah bertahan di level US$810 per ton pada Januari. Namun, harga komoditas itu bergerak turun ke kisaran US$835-870 per ton pada Maret.

“Ada kecenderungan penurunan produksi pada triwulan pertama tahun ini. Yang harus menjadi perhatian adalah, volume ekspor cenderung turun, tetapi harga di pasar International belum menunjukkan tren kenaikan yang signifikan,” kata Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan, Jumat (26/4).

Meskipun demikian, realisasi ekspor selama kuartal I/2013 naik 7,59% dari pencapaian periode sama 2012 yang hanya 5,27 juta ton karena peningkatan produksi dibanding tahun lalu.

 Negara tujuan ekspor CPO dan turunannya masih didominasi oleh India dengan volume

ekspor selama tiga bulan pertama 2013 sebanyak 1,85 juta ton atau naik 22,5% dari periode sama 2012.

 

Naiknya volume ekspor ke India dipengaruhi harga CPO dunia yang melorot sehingga para pedagang melakukan aksi pembelian yang massive di tengah penguatan mata uang dolar AS.

“Hal ini juga dipicu oleh adanya isu akan diberlakukannya kenaikan pajak impor CPO dan kedelai dari 2,5% saat ini,” jelas Fadhil.

Sebaliknya, pangsa pasar China mengalami penyusutan dari 15% tahun lalu menjadi 12% saat ini meskipun ekspor ke Negeri Tirai Bambu meningkat dari 487.000 ton menjadi 639.000 tahun ini.

Gapki memperkirakan harga CPO yang relatif rendah ini masih berlangsung pada sisa bulan April ini hingga Mei dengan pergerakan di kisaran US$830-US$870 per ton.

Fadhil menuturkan minyak sawit merupakan kontributor utama dalam pendapatan devisa sehingga penurunan harga di pasar global yang sudah terjadi sejak tahun lalu akan memengaruhi kinerja neraca perdagangan Indonesia pada 2013.

Menurutnya, pemerintah perlu melakukan upaya untuk meningkatkan daya saing produk minyak sawit, salah satunya dengan penyesuaian kebijakan bea keluar yang lebih kompetitif dengan Malaysia.

Selain itu, perlu peningkatan pemanfaatan CPO di dalam negeri, terutama untuk biodiesel.

“Di tengah melonjaknya subsidi bahan bakar minyak untuk penggunaan dalam negeri, sudah sepantasnya pemanfaatan minyak sawit untuk biodiesel dapat dipercepat sehingga mampu mengurangi beban subsidi,” tuturnya.

Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyampaikan pemerintah akan menetapkan bea keluar CPO 9% untuk Mei setelah dipatok 10,5% pada April, sejalan dengan penurunan harga komoditas itu di pasar dunia.

“Kami sudah menduga, 2013 masih akan menjadi tahun yang berat karena hampir semua lembaga internasional menurunkan outlook ekonomi dunia. Demand side melemah,” katanya.

 

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper