Bisnis.com, JAKARTA – Sektor properti di Indonesia berpotensi memasuki periode yang menantang pada tahun depan. Hal itu setidaknya disampaikan oleh dua lembaga internasional yakni Fitch Ratings dan JP Morgan Chase & Co. dalam riset terbarunya.
Dalam laporan terbarunya, Fitch Ratings memperkirakan beban utang perusahaan properti akan meningkat dalam 12 bulan ke depan. Hal itu tak lepas dari proyeksi pelambatan pertumbuhan pendapatan dari sisi prapenjualan dan risiko pelemahan nilai tukar mata uang rupiah.
“Hal itu disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan sentimen investor yang memburuk terhadap pasar negara berkembang,” tulis Fitch Ratings dalam risetnya, seperti dikutip Kamis (11/10/2022).
Adapun, Fitch mencatat beban utang perusahaan sektor properti sepanjang kuartal II/2022 telah naik menjadi 36 persen dari dua kuartal sebelumnya yang berada di level 31-32 persen. Kondisi itu terjadi lantaran pertumbuhan kas rata-rata perusahaan properti yang cenderung melambat.
Situasi tersebut, dibarengi oleh naiknya ongkos operasional serta melemahnya nila tukar rupiah terhadap dolar AS pada paruh pertama 2022 yang mencapai 5 persen.
Seperti diketahui, hampir 80 persen dari utang perusahaan properti di Indonesia berbentuk dolar AS. Sementara itu arus kas masuk mereka dari aktivitas penjualan berbentuk rupiah.