Bisnis.com, SINGAPURA — Harga hunian yang kian tak terjangkau menghambat pertumbuhan penjualan properti. Di Singapura, sejumlah insentif dan kemudahan disiapkan, untuk meningkatkan keterjangkauan ongkos tinggal yang kian lama kian mahal.
Meskipun kebutuhan akan papan tak pernah tergerus, harga yang terlampau menjulang tak membuat barang itu laris manis di pasaran.
Mengacu pada hasil survei Bank Indonesia, penjualan properti residensial primer pada kuartal II/2022 secara tahunan naik 15,23 persen, menggantikan kontraksi 10,11 persen.
Kinerja ini ditopang oleh penjualan hunian segala lini yakni tipe besar, dengan pertumbuhan tahunan tertinggi yakni 29,86 persen, rumah menengah 12,25 persen dan rumah kecil 14,44 persen.
Lalu, secara kuartalan, kinerja penjualan mendapatkan dukungan utama dari rumah menengah yang tumbuh 19,55 persen pada periode tersebut sedangkan tipe kecil dan besar mengalami perlambatan bahkan koreksi yakni 10,11 persen dan -0,53 persen secara berturut-turut.
Hasil survei menyebut beberapa penyebab yang menjadi biang keladi terbatasnya kenaikan penjualan. Sebanyak 21,38 persen responden menuturkan bahwa kenaikan harga bahan bangunan menjadi penghambat.