Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah badai pemutusan hubungan kerja (PHK) baru-baru ini, Netflix Inc. tak pendek akal dan tetap melanjutkan upaya menutup lubang krisis subscription yang menggerus pendapatannya.
Netflix bertaruh banyak di Asia, yang selama ini menjadi tumpuan dan lumbung pelanggan, bahkan setelah perlambatan yang mengejutkan selama kuartal I/2022. Raksasa over-the-top itu berharap bisa mereplikasi kesuksesannya mengail pelanggan di Benua Kuning ke belahan dunia lain.
Tak heran karena Asia Pasifik menyumbang 15 persen dari total 221,6 juta pelanggan global Netflix, dan diperkirakan akan menjadi pendorong terbesar ekspansi lebih lanjut.
Tahun lalu, Netflix tercatat menambah 18,18 juta pelanggan baru, menjadikan total subscriber-nya menjadi 221,8 juta. Angka penambahan itu turun cukup tajam dibandingkan capaian 2020 sebesar 36,57 juta.
Setelah awal tahun yang mengecewakan, analis memperkirakan rebound pada paruh kedua 2022 akan mengantarkan perusahaan menambah sekitar 6,8 juta pelanggan sepanjang tahun, dengan 79 persen berasal dari Asia Pasifik.
Sementara itu, konsensus Bloomberg merevisi ramalan penambahan pelanggan Netflix pada 2023 menjadi 13 juta dari sebelumnya 20,5 juta. Konsensus itu juga merevisi ke bawah perkiraan penambahan keanggotaan tahun ini, dari 18,5 juta menjadi hanya 8,5 juta saja.