Bisnis.com, JAKARTA – Ambisi dunia untuk menekan produksi emisi global demi menanggulangi perubahan iklim ekstrem nampaknya akan menemui tantangan. Sebab, sebuah tanda penolakan untuk ikut dalam kampanye dunia itu tak diindahkan oleh produsen minyak terbesar dunia Saudi Aramco.
Seperti diketahui, lonjakan harga minyak mentah dunia, menjadi berkah tersendiri bagi perusahaan-perusahaan produsen komoditas tersebut. Tak terkecuali perusahaan asal Arab Saudi tersebut.
Saudi Aramco sendiri sejatinya dalam beberapa kesempatan, menyatakan dukungannya ke publik terhadap Perjanjian Paris. Apalagi perusahaan itu telah menerbitkan inisiatif dan bergabung ke Oil and Gas Climate Initiative bersama 11 perusahaan energi lain di dunia.
Inisiatif itu memiliki misi turut membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2 derajat celcius dan bahkan mencapai 1,5 derajat celcius hingga 2050.
Namun demikian, tampaknya Aramco tak benar-benar ingin ikut serta dalam aksi tersebut. Indikasi penolakan itu muncul dari laporan Bloomberg pada Selasa (21/6/2022).
Dalam laporan keberlanjutan khusus jilid pertama yang diterbitkan oleh Saudi Aramco pekan lalu, perusahaan tersebut menyatakan tidak berniat untuk mengurangi tingkat emisinya saat ini hingga 13 tahun ke depan.