Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Situasi Sulit G20, Kedubes Inggris Buka Tangan Bantu Indonesia

Melalui Kedutaan Besarnya, Inggris menyatakan siap membantu Indonesia dalam polemik G20 yang harus mengundang Rusia. Namun, Inggris menyatakan tidak akan meminta Presiden Joko Widodo untuk tidak mengundang Vladimir Putin.
Logo Presidensi G20 Indonesia/Kemenlu RI
Logo Presidensi G20 Indonesia/Kemenlu RI

Bisnis.com, JAKARTA- Wakil Duta Besar Inggris Rob Fenn mengatakan akan membantu Indonesia mengelola situasi sulit yang disebabkan oleh Rusia dalam penyelenggaraan G20, tetapi tidak akan meminta Presiden Joko Widodo membatalkan undangan ke Putin.

Fenn mengatakan invasi Rusia ke Ukraina telah menempatkan Indonesia di posisi yang sulit. "Kami tidak akan bilang kepada Presiden Jokowi kita tidak perlu mengundang Rusia. Ini sangat sulit bagi banyak negara, tidak hanya Inggris untuk bekerja dengan Rusia seperti biasa. [Kami akan] membantu Indonesia untuk mengelola situasi yang dibuat oleh Rusia," ujarnya saat penanaman pohon Queen’s Green Canopy di Kedutaan Besar Inggris, Jakarta pada Rabu (18/5/2022).

Dia belum bisa memastikan apakah Presiden Rusia Vladimir Putin akan menghadiri puncak G20 pada November mendatang di Bali. "Itu tergantung dengan apa yang terjadi pada hari ini hingga November, waktunya masih panjang," ungkapnya.

Fenn mengatakan Inggris sudah memiliki banyak rencana yang akan menjadi bahan diskusi dengan Indonesia dalam ajang G20. Inggris memiliki kesepakatan yang dekat untuk melanjutkan antara agenda G7 dan G20.

Pada hari yang sama, Fenn bersama sejumlah duta besar lain seperti Selandia Baru, Australia, Solomon Islands, Papua New Guinea, dan beberapa pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan penanaman pohon Gaharu di halaman Kedubes Inggris.

Kegiatan itu menjadi simbol dari perayaan kepemimpinan Ratu Elizabeth II yang memasuki periode 70 tahun.

Fenn mengungkapkan monarki Britania Raya telah teruji oleh waktu dengan sistem demokrasi yang dibangun di sekitarnya.

"Memungkinkan orang-orang untuk bisa tidak setuju dengan politisi mereka, dan secara berkala mengganti pemerintahan-pemerintahan mereka, tanpa kehilangan rasa hormat terhadap negara."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper