Bisnis.com, JAKARTA – Dalam beberapa tahun terakhir, meroketnya pamor dan penggunaan platform dagang elektronik (dagang-el) alias e-commerce, telah mendorong bertumbuhnya industri logistik di Indonesia.
Para pemain baru di sektor logistik pun terus bermunculan. Pada saat yang sama, meningkatnya jumlah pemain dan tuntutan pasar e-commerce yang ‘banjir’ promosi, pun mendorong perusahaan logistik ke babak persaingan baru. Babak itu adalah perang harga layanan pengiriman.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto sempat mengatakan, perusahaan logistik yang dapat bertahan adalah mereka yang ikut dalam ekosistem e-commerce. Menurutnya, salah satu konsekuensi ketika masuk dalam ekosistem tersebut adalah, perusahaan logistik harus siap 'bakar uang' untuk memberikan tarif semurah mungkin kepada pelanggan.
Adapun, tren dan strategi itu rupanya dibawa oleh salah satu pelaku usaha logistik Indonesia ketika berekspansi ke negara lain, yakni China. Perusahaan itu adalah PT Global Jet Express (J&T Express).
Seperti diberitakan Bisnis (25/8/2020), J&T Express mengaku telah melakukan ekspansi ke China dan sudah memasuki persaingan pasar di negara tersebut sejak Maret 2020. Aksi ekspansi itu dilakukan perseroan kendati mayoritas pangsa pasar jasa kirimannya masih berasal dari Indonesia.
Kala itu, CEO J&T Express Robin Lo mengatakan pihaknya sudah mulai memasuki pasar jasa pengiriman ekspres di China. Perseroan pun optimistis dalam 2 tahun akan menjadi salah satu jasa pengiriman ekspres besar di negara tersebut.