Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). - Antara Foto/Fakhri Hermansyah
Lihat Foto
Premium

Dilema Baja Lapis, Antara Proyek Mangkrak dan Proteksi Pasar

Saat ini Pemerintah melalui Komite Anti Dumping Indonesia (Kadi) berencana menerapkan Bea Masuk Anti Dumping pada produk Baja Lapis Aluminium Seng (BJLAS) impor dari China dan Vietnam. Namun kebijakan tersebut mempertaruhkan dua hal besar.
Ipak Ayu
Ipak Ayu - Bisnis.com
06 Mei 2021 | 06:00 WIB

Bisnis.com, JAKARTA — Pada periode 2016–2018 terjadi kenaikan pangsa pasar impor baja. Komite Anti Dumping Indonesia (Kadi) pun bergerak melakukan investigasi.

Hasilnya ada dua negara, yakni China dan Vietnam menjual BJLAS dengan harga yang lebih murah di Indonesia dibandingkan dengan negara asalnya atau melakukan praktik dumping. Harga BJLAS dari kedua negara tersebut lebih rendah sekitar 25–30 persen dibandingkan dengan industri lokal.

Berdasarkan kajian Kadi pada 2018, Indonesia memang belum mampu memenuhi kebutuhan BJLAS dalam negeri. Saat ini ada 5 perusahaan industri BJLAS di Indonesia, yaitu PT NS Bluescope Indonesia, PT Sarana Central Bajatama Tbk. (BAJA), PT Java Pacific, dan PT Tata Metal Lestari, dengan total kapasitas produksi 1,375 juta ton per tahun. Jumlah ini diklaim telah cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebanyak 1,2 juta ton.

Silakan masuk/daftar untuk melanjutkan membaca Konten Premium

Dan nikmati GRATIS AKSES 5 artikel Konten Premium!

Masuk / Daftar
Berbagai metode pembayaran yang dapat Anda pilih:
  • visa
  • mastercard
  • amex
  • JCB
  • QRIS
  • gopay
  • bank transfer
  • ovo
  • dana
Berlangganan Sekarang
back to top To top