Bisnis.com, JAKARTA — Insiden dugaan paparan gas hidrogen sulfida di proyek PLTP Sorik Marapi Unit II baru-baru ini seolah memberi tamparan pada upaya pemerintah yang tengah menggenjot pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia.
Bagaimana tidak, panas bumi menjadi salah satu energi andalan pemerintah untuk mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sampai dengan 2020 tercatat mencapai 2.130,7 megawatt.
PLTP merupakan kontributor terbesar kedua terhadap kapasitas pembangkit listrik EBT di Indonesia setelah pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Potensi panas bumi di Indonesia pun cukup besar, yakni hingga mencapai 23,9 gigawatt (GW).
Tahun ini, Kementerian ESDM menargetkan penambahan kapasitas PLTP dapat mencapai 196 MW. Target penambahan kapasitas tersebut termasuk tiga proyek PLTP dengan total kapasitas 140 MW yang tertunda jadwal operasinya pada tahun lalu akibat dampak pandemi Covid-19.
Target penambahan kapasitas terpasang PLTP tahun ini pun dikhawatirkan tidak tercapai, menyusul insiden di proyek PLTP Sorik Marapi Unit II.