Bisnis.com, JAKARTA – Dalam dekade terakhir, Inggris berkontribusi terhadap setidaknya 30 persen lalu lintas perdagangan saham lintas batas di Eropa. Secara logika, situasi tersebut mestinya membuat Uni Eropa—yang berpotensi kehilangan hampir sepertiga investor sahamnya—akan tertekan selepas berakhirnya masa transisi Brexit.
Namun, sejauh ini, realitanya justru sebaliknya. Alih-alih Eropa, justru Inggris yang mengalami pukulan lebih telak.