Bisnis.com, JAKARTA – Dalam dekade terakhir, Inggris berkontribusi terhadap setidaknya 30 persen lalu lintas perdagangan saham lintas batas di Eropa. Secara logika, situasi tersebut mestinya membuat Uni Eropa—yang berpotensi kehilangan hampir sepertiga investor sahamnya—akan tertekan selepas berakhirnya masa transisi Brexit.
Namun, sejauh ini, realitanya justru sebaliknya. Alih-alih Eropa, justru Inggris yang mengalami pukulan lebih telak.
Dalam sepekan pertama perdagangan saham 2021, laporan Bloomberg menyebutkan bahwa banyak investor memindahkan aktivitas perdagangan mereka dari Inggris ke negara-negara Uni Eropa (UE).
“UE jelas sekali telah memenangkan pertandingan memperebutkan porsi perdagangan saham lintas batas. Perpindahan ini adalah gol bunuh diri yang spektakuler, sebab, saat ini, membuat Inggris sekaligus kehilangan posisi tawar mereka yang sebelumnya sangat kuat dalam perdagangan ekuitasnya,” tutur CEO Aquis Exchange Plc Alasdari Haynes kepada Bloomberg TV, Senin (4/1/2021).
Aquis Exchange, perusahaan yang dipimpin Haynes, adalah grup bisnis yang menyediakan layanan perdagangan sekuritas, data pasar, statistik bulanan, riset, hingga pemrosesan dokumen perdagangan saham di Eropa.
Dalam sepekan, Haynes berujar bahwa sekitar 99,6 persen pelanggannya yang sebelumnya intens melakukan perdagangan saham di negara tersebut telah memindahkan aktivitas mereka ke Paris.