Bisnis.com, JAKARTA – Rencana PT Pertamina (Persero) memborong impor bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura dalam jangka panjang di tengah proses pembangunan kilang menimbulkan tanda tanya. Apakah benar demi meningkatkan ketahanan stok BBM nasional atau ada alasan lain yang terkait dengan progres pembangunan kilang?
Apalagi, Basuki Tjahaja Poernama atau Ahok selaku Komisaris Utama Pertamina, beberapa waktu lalu melalui video yang diunggah di akun Youtube POIN blak-blakan mengkritik perusahaan migas pelat merah itu, mulai dari urusan ganti jabatan, persoalan gaji, hingga utang perseroan. Ahok juga mengungkapkan ada yang tidak beres dalam proyek-proyek kilang Pertamina.
Menurut Ahok, banyak investor yang berminat dalam proyek kilang, tetapi tidak ada satupun yang jadi kerja sama.
"Iya banyak [yang berminat], asal jangan kita ngotot yang desain dan sebagainya. Investor yang mau kerja sama, kenapa ditolak," ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Manajemen Pertamina pun membentuk tim audit khusus yang terdiri dari tim transformasi Pertamina serta dewan komisaris dan komite investasi. Tim audit khusus ini bertugas mencari tahu penyebab lambannya pembangunan dan pengembangan kilang Pertamina.
Sebagaimana diketahui, Pertamina tengah menggarap empat proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan dua Grass Root Refinery (GRR), demi memacu kapasitas kilang menjadi 2 juta barel per hari pada 2026 dengan volume produksi BBM sebesar 200 juta liter per hari.